Hebat dalam Strategi dan dalam Eksekusi.
Menjadi hebat dalam strategi dan dalam eksekusi boleh dikatakan menjadi keinginan banyak orang.
Strategi atau cara, disadari atau tidak, dibuat oleh setiap orang atau hampir setiap orang untuk keperluan mencapai sasaran pribadi. Contohnya: ketika seorang siswa SLTA ingin kuliah di jurusan tertentu pada kampus yang diidamkannya, dia akan memilih cara-cara tertentu.
Strategi itu bisa berupa belajar dengan rajin dan konsisten agar nilai rapotnya bagus, dan agar dia menguasai pelajaran dengan baik untuk lulus tes masuk perguruan tinggi nantinya. Dia juga memilih cara menjaga kesehatan agar dia bisa optimal menyerap pelajaran-pelajarannya. Dua hal ini menjadi strateginya meski tak disadarinya.
Dan strategi yang dipilihnya itu dilaksanakan dengan penuh keseriusan. Pelaksanaan inilah yang disebut sebagai implementasi atau eksekusi. Yang dalam kata mudahnya bisa disebut kata lain, tindakan perwujudan.
Pembuatan strategi oleh perorangan adalah dalam rangka mencapai sasaran pribadi. Ketika seseorang mahasiswa lulus dari perguruan tinggi, maka dia pun memasuki dunia kerja. Dihadapkan pada situasi persaingan mendapatkan pekerjaan, kembali dia mencari cara yang tepat, misalnya menyusun curriculum vitae yang terbaik dan paling efektif, menyiapkan diri menghadapi tes masuk dan saat wawancara.
Strategi pribadi, biasanya otomatis dijalankan karena targetnya jelas. Juga, karena faktor ownership atau kepemilikan atas target yang ingin capai. Selain itu, juga karena amat jelas implikasi kegagalannya yaitu bakal tidak memperoleh penghasilan.
Ketika seseorang karyawan mulai bekerja di sebuah perusahaan, dia akan belajar mengenal strategi perusahaan yang harus dijalankannya, yang kali ini disusun oleh perusahaan, yaitu oleh sebuah tim yang ditunjuk perusahaan. Karyawan baru bersama semua karyawan lainnya harus menjalankannya.
Menyusun strategi perusahaan boleh dibilang lazim dilakukan oleh semua perusahaan. Bahwa perusahaan kecil tidak dengan spesifik menyusunnya, tetap saja pimpinannya memilikinya yang disampaikan lisan kepada semua bawahannya dan harus mereka jalankan menurut pembagian tugasnya.
Tetapi, untuk menjadi hebat dalam strategi dan dalam eksekusi, itu sudah menjadi hal yang berbeda.
Jika kita lihat di internet, khususnya melalui Google, dengan kata kunci “strategy,” maka akan muncul jumlah 300.000.000 (tiga ratus juta) informasi—akses pada 27 Maret 2018. Strategi banyak dibicarakan dan sudah lama dibicarakan, baik di dunia akademik maupun di dunia perusahaan.
Berbeda dari tataran pribadi, dalam tataran perusahaan seringkali dikeluhkan banyak orang. Keluhan itu terwujud dalam ungkapan, contohnya, “wah strateginya bagus, tapi di akhir tahun sasaran tak tercapai, kenapa ya?”
Umumnya perusahaan-perusahaan banyak mengalami hal yang sama. Bahwa strategi yang disusun dengan susah payah, diungkapkan dengan kata-kata yang inspiratif, didukung dengan data keuangan yang mengundang decak kagum, dicetak dalam dokumen yang bagus, pada akhirnya tak terwujud sebagaimana yang dikira.
Para eksekutif perusahaan pun banyak yang merenungkan kegagalan itu. Mereka mengundang para ahli dan konsultan untuk memberi pandangan. Ditemukanlan penyebabnya. Sebuah penyebab umum yang terjadi di semua perusahaan. Atau hampir di semua perusahaan alias nyaris semua perusahaan. Penyebabnya adalah gagal dalam implementasi, atau gagal dalam meng-eksekusi.
Jika kata kunci “strategy” di google menghasilkan angka tiga ratus juta, maka kata kunci “implementation” menghasilkan 116.000.000 (seratus enambelas juta). Dalam persentase, maka informasi implementasi itu hanya 39% saja dari banyaknya informasi strategi.
Kata implementasi sudah lebih dulu lahir ketimbang kata eksekusi (execution) sehingga kalau kita mencari kata “execution” di Google, akan muncul sebanyak 66.400.000 (enam puluh enam juta empat ratus ribu) keeping informasi—akses 27 Maret 2018.
Lalu, bagaimana jika kita gabungkan kedua kata itu? Gabungan “strategy and implementation” saat dicari di Google memunculkan jumlah 9.220.000 keping informasi. Sedangkan gabungan “strategy and execution” memunculkan 2.460.000 keping informasi.
Apa artinya? Artinya adalah bahwa sudah ada upaya pembahasan keduanya, strategi dengan implementasinya atau strategi dengan eksekusi. Utamanya dari para akademisi dan konsultan, dan sebagiannya dari para praktisi.
Lantas, apakah hal itu mengindikasikan tingkat kepuasan para pimpinan dan manajer perusahaan dalam hal eksekusi? Ternyata, keluhan masih ada. Meski demikian, banyak pimpinan, manajer, dan staf di perusahaan yang menyadari bahwa menjalankan strategi memang harus terjadi. Tanpa upaya menjalankannya, maka strategi tinggal nama saja.
Dengan berbagai cara, cara canggih maupun cara sederhana, mulai disadari bahwa upaya “to make it happen” akan membuat strategi perusahaan bisa berjalan dan sasaran perusahaan dapat dicapai. Sudah mulai banyak terdengar orang mengucapkan kata KPI (key performance indicator) untuk tujuan memecah sasaran perusahaan menjadi sasaran divisi, dipecah lagi menjadi sasaran department, sampai akhirnya KPI orang per orang di level staf.
Ada sebuah metode manajemen untuk tujuan pengendalian dan perbaikan berkesinambungan, yaitu PDCA (Plan-Do-Check-Act), yang jika dijalankan akan bisa menumbuhkan semangat eksekusi. Biasanya, PDCA banyak dianut oleh perusahaan-perusahaan manufaktur dan jasa yang diilhami dari gaya manajemen Jepang.
Apa pun cara eksekusi yang dipilih masing-masing perusahaan, pada akhirnya ini tentang upaya mewujudkan strategi perusahaan agar sasaran perusahaan tercapai.
Sebuah saran menarik diberikan secara ringkas oleh Jeroen De Flander dalam sebuah file yang disajikan melalui LinkedIn: https://bit.ly/2rpC9gV.
————————————–
Hendri Ma’ruf
hendrimaruf@gmail.com
Ilustrasi: slideshare.net
Hebat dalam Strategi dan dalam Eksekusi