Teknik Storytelling untuk Presentasi

Teknik Storytelling untuk Presentasi

Teknik Storytelling untuk presentasi. Ketika menyiapkan sebuah presentasi, gaya atau teknik penyampaian juga perlu diperhitungkan agar audiens tak mudah bosan. Dalam presentasi sendiri ada beberapa teknik yang biasa digunakan pembicara untuk menyampaikan materi ke audiens. Salah satunya yakni teknik presentasi storytelling.

Sebelum menjadi teknik dalam sebuah presentasi, storytelling atau mendongeng sudah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini bisa dibuktikan dari banyaknya cerita legenda dan mitos yang beredar di masyarakat. Di mana semua cerita tersebut dituturkan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi untuk memberikan sebuah nasihat.

Di Indonesia sendiri ada banyak dongeng yang beredar di masyarakat. Misalnya saja seperti Malin Kundang dan Tangkuban Perahu. Hingga kini legenda dan mitos tersebut masih sangat eksis. Hal ini karena kekuatan storytelling atau mendongeng yang bisa mengakar di dalam otak manusia. Sehingga bisa terus diceritakan kembali secara turun-menurun.

Cara storytelling mempengaruhi otak manusia

Ada banyak penelitian mengenai pengaruh storytelling terhadap fungsi kognitif otak. Salah satunya yaitu pengaruh mendongeng terhadap kesehatan mental. Sebab, mendengarkan cerita akan melepaskan hormon oksitosin yang bisa memberikan dampak emosi positif.

Dampak tersebut rupanya juga berlaku pada penderita demensia dan Alzheimer yang melakukan terapi kenangan. Melansir dari Better Aging, penderita yang mendengarkan cerita akan mengalami proses kreativitas untuk mengingat. Sehingga membuat mereka lebih percaya diri dan meningkatkan kualitas hidup.

Bahkan menurut penelitian dari Dr. Uri Hasson ahli saraf dari Universitas Princeton menemukan bila storytelling yang baik membuat otak pendengar dengan pembawa cerita bisa selaras. Sebab, ketika pendongeng bercerita, otak pendengar juga akan berimajinasi tentang jalan ceritanya. Sehingga hal ini yang akan membuat otak pendengar dan pendongeng bisa selaras.

Oleh karena itu, presentasi yang dibawakan dengan teknik storytelling lebih mudah untuk dipahami audiens. Sebab, selain ceritanya menarik, mereka juga akan ikut berimajinasi sehingga terkoneksi dengan otak pembawa materi.

Manfaat menggunakan teknik storytelling saat presentasi

Membubuhkan sebuah cerita ke dalam presentasi bisa memberikan banyak manfaat terhadap atensi audiens. Terlebih bila cerita yang disampaikan memiliki kesan mendalam hingga memantik adrenalin dan memainkan emosional. Misalnya saja seperti kisah-kisah zero to hero.

Bahkan storytelling dalam presentasi tak hanya akan menggugah perhatian peserta. Teknik ini memiliki manfaat lain yang akan sangat membantu dalam presentasi. Berikut beberapa manfaat ketika pembicara menggunakan storytelling dalam presentasinya:

  • Membuat materi jadi lebih mudah diingat oleh peserta.
  • Membangkitkan empati dan emosi pendengar yang bisa membuat mereka yakin dengan ucapan pembicara.
  • Bisa mempertahankan fokus audiens lebih lama.
  • Storytelling memiliki sifat persuasif. Sehingga mampu untuk mempengaruhi dan mengubah pandangan orang lain terhadap suatu produk atau topik presentasi.

Tips menggunakan teknik storytelling presentasi

Banyak orang yang melakukan teknik storytelling presentasi dengan menceritakan kisah pribadinya. Sebenarnya hal ini memang bisa menarik perhatian audiens. Terlebih bila kisah hidupnya adalah cerita kemenangan dalam mengatasi kesulitan yang ekstrem. Misalnya seperti kisah seorang pengusaha sukses yang bisa bangkit lagi setelah usahanya bangkrut dan terjerat hutang.

Namun, tak banyak orang yang memiliki kisah mengharukan nan heroik seperti itu. Jadi, bila ingin menggunakan teknik storytelling perlu menyusun cerita dengan runtut, baik, dan kreatif agar mampu menarik minat audiens. Sayangnya, menyusun cerita yang menarik hingga membuat peserta presentasi mau mendengarkan cerita dengan saksama tentu tak mudah.

Namun, berikut ada lima tips dalam menggunakan teknik storytelling untuk presentasi yang akan menarik atensi peserta.

Membuat audiens masuk ke dalam cerita

Sebagai pembawa materi dalam presentasi, Anda tentu saja ingin bila topik yang telah disampaikan bisa sampai ke penonton. Mungkin juga berharap bila materi tersebut melekat di benak audiens selama mungkin. Hal ini bisa saja terjadi bila Anda membuat presentasi yang berkesan di hati mereka.

Sebenarnya menggunakan teknik storytelling merupakan langkah yang tepat bila Anda ingin memukau audiens. Hanya saja Anda perlu membawa audiens masuk ke dalam cerita. Biarkan mereka seolah-olah merasakan emosional tokoh di dalam cerita yang Anda bagikan.

Agar bisa membawa peserta presentasi masuk ke dalam cerita, Anda bisa menggunakan media pendukung seperti video atau foto. Bisa juga dengan memberikan detail sensorik yang bisa membuat audiens merasakan sensasi pada kelima pancaindra mereka ketika mendengar cerita Anda.

Menciptakan ketegangan di dalam cerita presentasi

Tak hanya menulis novel atau naskah film yang membutuhkan ketegangan untuk membuat penontonnya takjub. Presentasi juga membutuhkan ketegangan itu agar membuat audiens tetap fokus pada materi yang Anda sampaikan. Sehingga Anda perlu menyusun cerita secara kronologis lalu membangun sebuah kesimpulan yang mengejutkan.

Cara lainnya dengan membuat penonton berada dalam aksi di dalam cerita kemudian alur berjalan mundur ke belakang untuk mengungkap apa yang terjadi. Misalnya seperti kisah Zak Ibrahim yang dikutip dari laman Visme. Dalam acara TED, beliau mengungkapkan bila sang ayah terlibat pada kasus pengeboman World Trade Center.

Setelah mengatakan fakta mengejutkan yang pernah dilihat atau mungkin dialami oleh pesertanya, Zak Ibrahim lantas menceritakan kisah pribadinya dari ia kecil hingga akhirnya memilih jalan yang berbeda dari sang ayah. Cara ini tentu akan membuat audiens penasaran dengan jalan hidup Zak Ibrahim sehingga mereka memperhatikan cerita beliau.

Selanjutnya yakni dengan menciptakan plot twist di storytelling. Pertama, Anda perlu membuat kisah yang akan dipercaya lalu membuat audiens memprediksi kalau akhirnya akan lurus saja. Namun, setelah mereka yakin dengan cerita yang Anda bangun, sekarang waktunya untuk mematahkan cerita tersebut.

Contohnya yakni ketika Anda membangun sebuah branding tidak mahir dalam berbahasa Inggris atau daerah. Kemudian selang beberapa menit ke depan, Anda mematahkan branding tersebut sehingga audiens tidak tahu jalan cerita selanjutnya. Cara ini juga berguna untuk menunjukkan bagaimana seorang pembicara membangun identitasnya.

Menggunakan teknik show ketika bercerita

Bila Anda seorang penulis atau pembaca cerita istilah “show don’t tell” mungkin tak akan asing. Ketika membuat sebuah cerita, sebagai penulis kita diwanti-wanti untuk menyeimbangkan antara show dan tell. Hal ini juga berlaku untuk storytelling, sebaiknya Anda tak menuturkannya begitu saja. Namun, menunjukkan apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut.

Misalnya ketika Anda mulai bercerita suatu kisah ke penonton, tunjukkan apa yang tokoh itu lakukan dengan mempraktikkannya. Anda juga perlu menirukan gaya bicara dan gestur tokoh di dalam cerita. Dengan begitu storytelling yang Anda bawakan lebih mudah dicerna, sehingga audiens bisa terbawa suasana.

Memberikan momen yang menakjubkan

Setiap orang akan mudah mengingat momen-momen menakjubkan di dalam cerita. Apalagi bila momen yang menakjubkan itu dramatis sehingga mampu menyentuh perasaan penonton.

Anda bisa memberikan kejutan yang menakjubkan dengan menyusun cerita yang dramatis dan provokatif. Selain itu, penggunaan elemen visual dan alat peraga pada presentasi juga bisa memberikan kejutan tersendiri.

Seperti pada acara TED di tahun 2009. Bill Gates memukau penonton dengan membuka stoples nyamuk setelah membicarakan peningkatan investasi dalam pemberantasan malaria.

Mengakhiri dengan pesan yang positif

Pesan positif dalam akhir sebuah cerita bisa memberikan pendengar pandangan yang baru mengenai topik yang sedang Anda bicarakan. Sehingga ini menjadi cara yang bagus untuk menyiapkan sebuah penutup presentasi yang memiliki manfaat atau nasihat ke pembaca.

Terlebih menurut pakar presentasi Akash Karia, setelah melakukan pengamatan 200 lebih video para pembicara di TED. Beliau menyimpulkan kalau presentasi yang efektif terdiri dari konflik, klimaks, dan resolusi positif. Pesan akhir ini bisa Anda kemas menjadi kalimat-kalimat motivasi yang pendek.

Misalnya ketika Anda tengah membicarakan tentang kesehatan mental seseorang setelah mendapat perundungan. Alih-alih menyalahkan korban yang tak bisa membela diri, Anda bisa memberikan nasihat positif. Seperti mengajak audiens untuk merangkul kembali korban perisakan agar bisa hidup lebih baik.

Bisa juga Anda membuat kalimat motivasi yang memorable sehingga membuat audiens ingin membagikannya ke sosial media mereka setelah mendengarnya. Contohnya yakni, “ I’m a great believer in luck, and I find the harder I work the more I have of it,” yang diucapkan oleh Thomas Jefferson, Presiden Ketiga Amerika Serikat.

Menggunakan teknik storytelling memang bisa menarik perhatian penonton. Hanya saja Anda juga perlu melakukan beberapa trik dalam penyampaian dan penyusunan materi.

Sumber foto:

Sumber referensi dan gambar: Better Aging, Virtualspeech, Princenton, Visme,

Leave a Reply

Your email address will not be published.