Fokus Implementasi atau Strategi?

Fokus Implementasi atau Strategi?

Fokus Implementasi atau Strategi? Tahukah Anda bahwa 80% bisnis sudah gagal di tahun ketiga? Lebih tepatnya, penelitian dari Universitas Tennessee membuktikan bahwa sebanyak 25% bisnis gagal di tahun pertama, dilanjutkan oleh 35% bisnis lainnya di tahun kedua, dan 44% di tahun ketiga.[1]

Pertanyaannya, mengapa kegagalan itu terjadi?

Alasannya tentu saja banyak dan beragam. Ada yang gagal karena ketidakcocokan Founder dan Co-Founder (CEO office). Ada pula yang gagal karena manajemen yang buruk, terkena kasus penipuan, dan hal-hal lainnya. Namun, apabila distrukturkan, semua kegagalan ini bisa terjadi karena salah satu dari dua hal berikut: Implementasi, atau Strategi.

Strategi

Sekilas tentang strategi, strategi berarti perencanaan yang disusun secara terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan biasanya dimulai dari visi dan misi bisnis yang disusun berdasarkan kondisi internal dan eksternal perusahaan, dilanjutkan oleh rencana implementasi dalam jangka panjang, kemudian dilanjutkan oleh rencana implementasi dalam jangka waktu yang lebih pendek. Rencana ini kemudian diberikan standar pengukuran yang dimonitor secara berkala melalui Key Performance Indicator (KPI) atau OKR (Objective – Key Result).

Implementasi

Implementasi adalah action plan dari penjabaran strategi. Setelah kita membuat strategi dan mendetailkannya (termasuk dengan menentukan Person In Charge (PIC) dan tanggal implementasi), tentu saja kita harus bergerak untuk menjalankan rencana-rencana tersebut. Bentuk “bergerak” ini tentu berbeda-beda untuk setiap divisi, tetapi secara general, semua gerakan dilakukan untuk satu tujuan: Mencapai visi atau tujuan utama dari perusahaan tersebut.

Sebagai contoh, divisi Marketing bergerak untuk memikirkan strategi konten, mengontak influencers untuk keperluan endorsement, dan lain-lain. Sementara itu, divisi Finance “bergerak” untuk menentukan budgeting perusahaan, termasuk untuk budgeting divisi Marketing. Walaupun dua divisi ini bergerak untuk tujuan yang berbeda, tetap saja mereka bergerak secara sinergis untuk mencapai tujuan utama perusahaan (entah itu profit, market growth, atau tujuan lainnya).

Fokus Implementasi atau Strategi? Mana yang Lebih Penting?

Fokus Implementasi atau Strategi? Pertanyaan ini banyak ditanyakan oleh para entrepreneur baru. Jika dilogika, strategi tanpa implementasi akan menghasilkan zero outcome (tidak ada hasil sama sekali), sementara implementasi tanpa strategi masih mungkin menghasilkan outcome (walaupun mungkin tidak maksimal).

Oh, jadi apakah implementasi lebih penting daripada strategi?

Bagi saya, sih, tidak seperti itu. Paragraf logika tadi tidak bisa diinterpretasikan sebagai “implementasi lebih penting dari strategi karena implementasi tanpa strategi akan tetap bisa berjalan”. Bagi saya, keduanya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dan sama pentingnya. Namun, sebagai entrepreneur baru, terkadang kedua tangan kita terasa terlalu terbatas untuk melakukan keduanya, sehingga kita terpikir untuk memilih: Jika harus memilih salah satu, apa yang harus dipilih?

Jika kasusnya seperti itu, maka menurut saya, Anda harus mendahulukan implementasi. Selain karena implementasi masih bisa menghasilkan outcome, penyebab lainnya adalah: Dengan implementasi, mental bisnis Anda akan terlatih, sehingga Anda akan terus bergerak (walaupun bisnis yang satu ini gagal).

Lantas, pertanyaannya, apa itu mental bisnis?

Mental Bisnis

Mental bisnis, atau dapat disebut juga sebagai mental wirausaha, dapat didefinisikan sebagai sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Banyak sumber mendefinisikan sikap ini sebagai: Sikap mampu mengambil (dan menganalisis) risiko, dapat berpikir dengan baik di tengah tekanan, dan juga dapat mengambil keputusan secara objektif. Namun, bagi saya, poros utama dari sikap ini adalah konsistensi.

Kenapa saya mengatakan konsistensi adalah “poros” dari mental bisnis? Karena sikap-sikap lainnya, seperti “mampu berpikir di bawah tekanan”, adalah sikap yang tidak bisa ditumbuhkan dalam satu malam. Kita perlu banyak latihan yang iteratif untuk menerapkannya. Namun, untuk bisa melatih hal tersebut secara berulang, kita perlu bersikap konsisten.

Dengan konsistensi, apabila Anda gagal, Anda akan terus memaksakan diri untuk melangkah. Secara tidak langsung, Anda pun akan menumbuhkan mental bisnis yang sesungguhnya. Anda akan terbiasa untuk terus maju dan membangun “kerajaan” yang Anda inginkan.

Membangun Konsistensi

Sudah banyak buku yang membahas cara untuk membangun konsistensi, dan bagi saya, cara utama untuk membangun konsistensi adalah dengan menjadikan aktivitas-aktivitas kita sebagai habit (kebiasaan). Konsep ini dibahas di dalam buku Atomic Habit karya James Clear yang diterbitkan pada tahun 2018.

Apa itu kebiasaan? Kebiasaan sendiri adalah sesuatu yang biasanya kita lakukan tanpa sadar, sehingga otak kita tidak pernah merasa “berat”. Bahkan, otak kita justru merasa “berat” apabila kita tidak melakukannya.

Sebagai contoh, karena sebagai orang Indonesia saya sudah terbiasa mandi dua kali sehari, maka saya akan secara otomatis “mandi” di pagi hari dan sore hari. Jika saya tidak mandi, maka saya akan merasa risih.

Apabila konsep habit ini diterapkan dalam membangun mental bisnis, maka kurang-lebih Anda akan merasa seperti ini: “Karena saya adalah pebisnis, maka saya akan menjalankan rencana implementasi bisnis saya setiap hari. Jika saya tidak melakukannya, maka saya akan merasa risih (maka saya harus melakukannya).”

Lalu, bagaimana cara membangun konsistensi? Berikut adalah beberapa rangkumannya:

  1. Jadikanlah kebiasaan tersebut sebagai identitas utama Anda

James Clear, dalam buku Atomic Habits, menjadikan tips ini sebagai salah satu tips yang dibahas paling awal. Menurut beliau, apabila Anda berpikir “saya adalah pebisnis”, maka akan mudah bagi Anda untuk konsisten melakukan implementasi bisnis (sebagai hal yang dilakukan oleh pebisnis).

Sebagai contoh lain, jika Anda menganggap diri Anda sebagai trader atau investor, Anda akan merasa lebih mudah untuk bangun dan menganalisis instrumen investasi yang Anda geluti. Rasa malas pun akan hilang, dan Anda akan pelan-pelan bersikap konsisten.

  • Tentukan waktu yang mudah diingat

Apakah Anda kesulitan menjalankan implementasi bisnis yang telah Anda susun? Jika iya, cobalah susun rencana-rencana tersebut ke dalam waktu yang sama setiap hari. Sebagai contoh, jika Anda ingin membangun habit membuat konten, coba lakukanlah kebiasaan tersebut di jam yang sama (misalnya: Jam 12 siang setiap hari). Dengan begitu, di hari-hari berikutnya, Anda akan ingat untuk melakukan hal yang sama di jam tersebut. Mudah, kan?

  • Bangun suasana yang kondusif

Tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan berpengaruh besar dalam membangun produktivitas kita. Lingkungan yang menyenangkan akan membuat perasaan kita lebih baik, sehingga kualitas kerja kita pun membaik, begitu pun sebaliknya.

Untuk membangun situasi yang kondusif, Anda dapat mulai dengan memisahkan tempat untuk bekerja dan tempat untuk melakukan aktivitas lain. Anda juga bisa menggunakan tools bantuan seperti alarm untuk mengingatkan Anda, atau meminta bantuan orang di sekitar Anda.

Bagaimana? Anda sudah mengerti, kan, mengapa Anda harus fokus pada implementasi bisnis dan bagaimana cara agar dapat melakukannya secara konsisten? Sebagai penutup, Anda perlu ingat bahwa bisnis tidak dibangun dalam satu malam. Anda perlu konsisten bergerak sambil terus belajar, uji coba strategi yang Anda terapkan, agar Anda bisa berhasil.

Source:

[1] exabytes.co.id gambar: strategidanbisnis.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.