Piala Dunia, Antara Bisnis & Olahraga

Piala Dunia, Antara Bisnis & Olahraga

Piala Dunia. Tahun 2022 bisa dikatakan sebagai tahunnya pecinta dan peggila sepak bola. Pada tahun ini, acara olahraga terbesar yang di helat setiap 4 tahun sekali akan menunjukan keajaibannya dengan Qatar sebagai negara yang akan menyelenggarakan kejuaraan tersebut. Sebanyak 32 tim nasional yang terbagi dari hampir seluruh dunia akan memperebutkan untuk menjadi yang terbaik di Qatar.

Piala Dunia adalah kejuaraan yang penuh drama layaknya sinetron, bahkan sebelum dimulai acara ini sudah banyak membuat drama yang terjadi. Terbaru adalah gagalnya juara 4 kali, Italia untuk ikut berkompetisi di Qatar. Setiap edisi selalu meninggalkan cerita cerita yang menarik yang akan selalu menjadi icon dari ajang tersebut.

Sebut saja saat diadakan tahun 2006, tandukan Zidane ke Materazzi yang berbuah kartu merah dalam laga final. Ada juga keajaiban Korea Selatan yang berhasil tembus hingga semifinal pada tahun 2002 sebelum akhirnya dikalahkan oleh Jerman. Masih banyak cerita cerita menarik dan drama di setiap perhelatannya.

Piala Dunia adalah ajang olahraga yang paling banyak di tonton. Bahkan, FIFA sebagai badan tertinggi dari sepak bola mengatakan bahwa hampir separuh dari populasi manusia di Bumi ini menonton Piala Dunia. Perhatian yang begitu besar bukan hanya berpengaruh terhadap sepak bola itu sendiri, tetapi juga bisnis dari sponsor sponsor dan negara yang menyelenggarakan Piala Dunia tersebut.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas bagaimana sebuah acara olahraga dalam hal ini Piala Dunia dapat mengubah ekonomi suatu negara. Betul, sepakbola lebih dari sekedar olahraga. DI negara negara Eropa dan Amerika Latin, sepakbola dipuja layaknya sebuah agama. Di Argentina, ada sebuah gereja yang menyembah Maradona, legenda bola asal Argentina. Mereka begitu fanatik sehingga rela melakukan apapun untuk klub bola kesayangan mereka.

Lalu bagaimana sebenernya acara Piala Dunia dapat mengubah ekonomi suatu negara? Mari kita bahas lebih lanjut. Dengan menggelar ajang yang sengat bergengsi seperti Piala Dunia, akan membuka peluang peluang bisnis yang sangat amat besar, serta membuka lapangan pekerjaan yang luas. Hal ini tentu setara dengan investasi yang sudah dikeluarkan negara tersebut untuk menyelenggarakan Piala Dunia.

Roda ekonomi akan berputar lebih cepat, seiring dengan kedatangan penonton dan wisatawan dalam jumlah banyak. Daya beli para wisatawan inipun pastinya tidak akan rendah, mereka yang sudah sengaja datang ke tempat yang jauh untuk menonton Piala Dunia akan sudah mempunyai budget yang besar untuk mereka bawa.

Agar lebih mudah membayangkannya, mari kita ingat kembali sewaktu Indonesia menjadi tuan rumah ajang Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang. Pedagang pedagang kecil di sekitar stadion baik itu Senayan maupun Jakabaring mendapatkan omzet berkali kali lipat dari biasanya. Investasi yang dikeluarkan pemerintah Indonesia pun tidak sedikit, baik itu membangun tempat penginapan untuk atlit yang akan bertanding sampai membangung alat transportasi LRT di Palembang. Tapi semua investasi itu terbayarkan dengan sponsor sponsor yang masuk, visa, penginapan yang penuh, image Indonesia yang baik dll.

Penjelasan di atas baru di level Asia, membicarakan Piala Dunia adalah 3 sampai 4 level diatasnya. Baik itu dari segi pendapatan maupun pengeluarannya. Apabila dikelola dengan baik, Piala Dunia akan menjadi investasi sebuah negara yang amat sangat menguntungkan. Sebaliknya, apabila dikelola dengan kurang baik, akan menjadi bencana tersendiri bagi negara tersebut.

Persiapan untuk menggelar ajang bergengsi ini akan memakan waktu yang lama. Untuk Piala 2026 saja, pengumumannya sudah dilakukan sejak 2018. Artinya perlu 8 tahun untuk mempersiapkan pesta olahraga terbesar tersebut. Selama periode waktu itu jugalah banyak lapangan kerja yang tercipta, seperti di bidang konstruksi dan turisme.

Sebagai contoh, ketika diadakan di Jerman tahun 2006, tercipta 40.000 lapangan pekerjaan baru di Jerman. Bukan hanya itu, Jerman juga mendapat pendapatan dari pajak sebanyak lebih dari 1 Triliun rupiah. Luar biasa bukan? Belum lagi pendapatan dari visa turis yang masuk ke Jerman, bisnis bisnis yang berada di sekitar stadion dan lain lain akan merasakan dampaknya secara langsung.

Hanya saja, patut ditekankan bahwa tidak semua negara mampu seperti Jerman, yang ketika terpilih menjadi tuan rumah sudah mempunyai fasilitas yang sangat memadai. Hal ini membuat Jerman tidak perlu banyak membuang uang untuk keperluan seperti membangun stadion, sarana transportasi dan sebagainya. Lain halnya dengan negara berkembang yang tentunya harus mengeluarkan investasi yang lebih untuk membangun sarana dan fasilitas yang hanya akan digunakan selama ajang Piala Dunia.

Contohnya adalah Brazil dan Afrika Selatan. Brazil sebagai negara pecinta sepakbola tetap harus membuat 12 stadion beserta infrastruktur penunjangnya dengan standar Piala Dunia. Hal ini menelan biaya yang sangat banyak. Setelah acara berakhir, stadion stadion ini pun tetap memakan biaya perawatan yang besar. Tanpa perencanaan yang matang, stadion stadion ini akan terbengkalai. Alhasil, setelah gelaran berakhir, stadion stadion yang megah ini beralih fungsi menjadi lahan parkir.

Lain kasus dengan Afrika Selatan. Afrika Selatan adalah negara yang sangat bergantung dengan pariwisata, dengan hampir 9% dari pendapatan negara berasal dari pariwisata. Pemerintah Afrika Selatan memprediksi ada 450.000 penonton dan turis yang hadir ke Afrika Selatan selama gelaran Piala Dunia. Nyatanya, “hanya” 300.000 turis dan penonton yang hadir selama gelaran Piala Dunia. Selama periode tersebut, turis menghabiskan uang sebanyak hampir 500 Miliar rupiah, 24% lebih besar dari tahun tahun sebelumnya. Tapi itu hanya menutup sekitar 1/10 dari total investasi yang sudah dikeluarkan pemerintah Afrika Selatan.

Memang semua akan kembali lagi ke bagaimana pemerintah negara penyelenggara mensiasati hal hal yang akan terjadi. Tapi satu hal yang pasti, Menjadi host ajang bergengsi ini merupakan kesempatan yang tidak bisa dilewatkan. Yang akan mendatangkan kesempatan kesempatan yang belum pernah datang sebelumnya. Pada akhirnya, ini bukan hanya tentang sepakbola dan uang, ini adalah kebahagiaan. Kebahagiaan bagi para pecinta olahraga sepakbola yang telah setia menunggu selama 4 tahun.

Sumber dan gambar: supplier.io, managementstudyguide.com, pitjournal.unc.edu

Leave a Reply

Your email address will not be published.