Pulau Hashima, Pulau Mati Yang Kelam

Pulau Hashima, Pulau Mati Yang Kelam

Pulau Hashima, Pulau mati yang kelam. Jika mendengar Kota Nagasaki di Jepang mungkin mayoritas akan terpikir soal bom atom yang dijatuhkan tentara Amerika Serikat di kota ini pada tahun 1945. Namun tulisan ini sedang tidak ingin membahas soal kota tersebut melainkan sebuah pulau yang terletak 15 kilometer dari Nagasaki.

Di perairan prefektur Nagasaki tercatat ada 505 pulau tak berpenghuni. Namun ada satu yang mencuri perhatian dunia yaitu Pulau Hashima. Bukan karena keindahannya, Pulau Hashima terkenal karena kesan angker yang dimilikinya. Bahkan beberapa menyebut pulau ini sebagai pulau hantu.

Dulunya pulau tersebut sangat padat karena merupakan menjadi pusat industri. Namun kemudian ditinggalkan penghuninya. Kini pulau tersebut kosong dengan gedung-gedung tinggi yang masih tersisa.

Warga Jepang sendiri menyebut pulau tersebut sebagai Gunkanjima yang memiliki arti “Pulau Kapal Perang”. Itu karena sekilas bentuk pulau ini seperti sebuah kapal perang. Meski terkesan mencekam dan jauh dari kata indah pada tahun 2015 UNESCO menetapkan Pulau Hashima sebagai warisan sejarah dunia.

Karena selain tempat industrialisasi pulau ini juga menjadi saksi bisu kerja paksa para tawanan perang Korea Selatan dan China. Pulau ini juga semakin terkenal karena kisahnya diangkat dalam film layar lebar “ The Battleship Island” (2017). Selain itu film “James Bond: Skyfall” (2012) juga terinspirasi dari pulau ini.

Pulau Dengan Sejarah Kelam

Sebelum dikenal sebagai pulau mati dengan kesan angker, Pulau ini pernah mengalami kejayaan di masa lalu. Hal itu setelah perusahaan Mitsubishi membeli pulau tersebut untuk proyek tambang batu bara di bawah laut.

Batu bara sendiri ditemukan di kawasan pulau tersebut pada awal tahun 1800-an. Untuk mengejar kekuatan industri bangsa barat Jepang memulai revolusi industri yang cepat di pertengahan 1800-an. Dan Pulau ini menjadi salah satu yang dimanfaatkan untuk usaha tersebut karena kekayaan sumber daya alam batu bara.

Lewat hal tersebut perkembangan industri di Pulau Hashima berkembang sangat pesat dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Jepang.  Karena hal itu orang berbondong-bondong datang ke pulau ini karena luasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat itu.

Pada tahun 1916 dibangunlah blok apartemen setinggi tujuh lantai untuk para penambang. Tak hanya itu dibangun pula komplek sekolahan, rumah sakit dan saran penunjang lainnya. Semua bangunan dibuat menggunakan beton kokoh untuk melindungi angin topan yang kerap melanda Pulau. Struktur bangunan itu jugalah yang mungkin membuatnya masih utuh berdiri hingga sekarang.

Pada tahun 1959 terjadi pembengkakan jumlah penduduk mencapai 835 orang per hektar. Untuk ukuran pulau yang tidak terlalu besar membuat pulau ini mengalami ledakan populasi terbesar yang pernah terjadi di dunia.

Masa gemilang pulau ini kian redup setelah bahan bakar dunia digantikan oleh bensin. Batu bara mulai perlahan ditinggalkan dan membuat industrinya tidak dapat bertahan karena harga yang terus mengalami penurunan.

Karena tak mampu bertahan akhirnya perusahaan ditutup permanen pada tahun 1974. Hal itu juga yang membuat orang-orang satu persatu meninggalkan pulau. Akhirnya pada tahun 1975 pulau tersebut benar-benar sudah dikosongkan dan resmi tidak berpenghuni.

Di balik masa gemilang industrialisasi di Pulau Hashima ternyata ada kisah kelam yang mengiringi di baliknya. Terkuak fakta sejarah bahwa selama masa Perang Dunia II banyak tawanan perang Korea dan China yang mengalami sistem kerja paksa di pulau tersebut. Diperkirakan empat sampai lima pekerja paksa di pulau tersebut tewas setiap bulannya karena kecelakaan. Hal itu karena tidak adanya prosedur keamanan yang memadai untuk para pekerja paksa.

Kebijakan mobilisasi di masa Perang Dunia II menciptakan eksploitasi terhadap para pekerja dari Korea dan China untuk bekerja dalam kondisi yang keras. Secara total diperkirakan ada lebih dari1.000 pekerja paksa yang tewas antara tahun 1930 hingga berakhirnya Perang Dunia II. Selain karena keamanan kerja yang tidak sesuai prosedur juga ada banyak faktor lain seperti kekurangan gizi dan kelelahan.

Pemerintah Jepang yang sebelumnya seakan menutupi hal tersebut ternyata juga tidak mengelak setelah munculnya isu tersebut. Hal ini juga yang kemudian menimbulkan perdebatan setelah pulau ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2015.

Pemerintah Korea Selatan memberikan kritik kepada Jepang karena seakan melupakan sejarah kelam tersebut. UNESCO sebenarnya sudah menginstruksikan untuk membangun tugu peringatan di Pulau Hashima untuk para pekerja paksa. Namun hingga saat ini bangunan tersebut juga tak kunjung dibuat oleh pemerintah jepang.

Berwisata Ke Pulau Hashima

Saat ini Pulau Hashima justru menjadi sebuah obyek wisata di Jepang. karena keunikannya banyak orang yang penasaran untuk mengunjungi tempat mengerikan ini. Padahal warga sekitar sendiri justru menganggap pulau tersebut sangatlah merusak pemandangan.

Pulau Hashima menawarkan sensasi wisata kelam yang penuh dengan misteri. Ketika memasuki pulau ini akan terlihat sisa-sisa bangunan yang berdiri dengan ditumbuhi rumput-rumput liar di segala sisi. Beragam hewan liar pun menempati pulau ini karena terlalu lama tak berpenghuni.

Cerita-cerita misteri yang berkembang dari pulau ini menambah daya tarik dan membuat penasaran. Kisah mengenai hantu pekerja yang bergentayangan dan suara-suara aneh yang terdengar membuat tempat ini terasa begitu mengerikan.

Ditambah lagi pengalaman dari mantan pekerja paksa yang memggambarkan kondisi saat itu yang melelahkan dan tidak manusiawi. Makanan yang tidak memadai hingga dipukuli jika kerjanya lambat.

Namun tidak hanya itu saja, dilihat secara rasional memang pulau ini bisa dibilang sangat mengerikan. Banyak bangunan yang strukturnya sudah reot dan bisa runtuh kapan saja. Hal itu menjadi resiko berbahaya bagai wisatawan yang berkunjung. Maka dari itu tidak semua area pulau ini bisa ditelusuri karena alasan keamanan.

Selain itu perairan Nagasaki menuju pulau juga terkenal berbahaya. Ketika cuaca buruk ombaknya sangat tinggi dengan angin yang besar.

Yang jadi pembahasan banyak orang saat ini adalah apa titik fokus wisata dari Pulau Hashima. Apakah sebagai wisata sejarah pengingat revolusi industri di Jepang atau justru sebagai pengingat kekejaman mereka kepada pekerja paksa yang harus menanggung derita.

Jika ingin merasakan sensasi berwisata di Pulau Hashima bisa melakukannya secara virtual. Caranya adalah dengan mengunjungi situs https://www.hashima-island.co.uk/. Di situ akan bisa dilihat dan dirasakan secara lengkap bagaimana mengerikannya kondisi di pulau ini.

sumber & gambar: hashima-island.co.uk, allthatsinteresting.com, wikipedia.org

Leave a Reply

Your email address will not be published.