Belajar dari Pak Steve. Saya baru saya keluar dari toko ketika melihat seorang laki-laki paruh baya mengais-ngais tempat sampah mencari sesuatu. Sambil mengamati dari dalam mobil saya melihat ia mendapatkan beberapa makanan dari sana. Sedari tadi ia sibuk sendiri. Ia tidak meminta-minta kepada orang yang lewat. Ia juga tidak berusaha memasang wajah memelas agar orang memberinya uang. Ia hanya fokus pada pekerjaannya, mencari makanan sisa untuk dibungkusnya dengan bungkus yang ia ambil dari tempat sampah yang sama.
Dada saya mulai menyesak. Saya bukanlah orang yang dengan gampang memberi sedekah. Apalagi bagi orang-orang yang tampaknya seperti membutuhkan. Saya masih bisa berpikir logis, “Apa bener orang sampai mengais makanan di tong sampah karena lapar?” Tapi…
Akhirnya saya mendekatinya. “Bapak mau saya belikan makanan? Di depan ada tempat makan kalau bapak mau.” Dia menggangguk. Kemudian di mengikuti saya ke tempat makan itu. Saya belikan menu yang paling spesial yang ada.
“Ini pak makanannya.”
“Terimakasih banyak.”
“Ada lagi yang bapak suka?” tanya saya sambil menunjuk menu yang ada di dinding.
“Eee.. teh manis, kalau tidak keberatan..”
Sambil menunggu kami mengobrol. Saya baru tahu namanya Pak Steve. Ia mengucapkan terimakasih kepada saya atas kebaikan saya sore itu. Saya di doakannya semoga selalu dalam rahmat Tuhan. Saya merasakan ucapan yang tulus dari doanya. Dan saya berkata, “amiin..”
Kami berpisah di depan toko makanan itu. Ketika kembali ke mobil, rasanya, ada yang mengganjal hati saya. Bergegas saya kembali mencari Pak Steve. Dia sudah hampir selesai makan saat saya menemukannya.
“Emm.. Pak Steve, ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?” Dia terdiam sebentar. Menarik nafas panjang dan berat.
“Tidak ada pak, terimakasih banyak,” jawabnya. Suaranya bergetar. Air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia menangis. Sambil terisak-isak ia bercerita..
“Tadi saya berdoa kepada Tuhan untuk Bapak.”
“Terimakasih Pak Steve..”
“Bukan, maksud saya, pagi ini saya berdoa semoga ada seseorang yang akan membelikan saya makanan… dan tiba-tiba Tuhan mengirim Bapak untuk membelikan saya makanan.”
Saya tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata saya tercekat di tenggorokan. Saya terdiam.
…
Seseorang bernama Pak Steve, berdoa dengan begitu sederhananya, hanya untuk meminta makanan. Lalu, doa seperti apa yang kita minta setiap hari? Sehat, kaya, tambah kaya, lebih kaya, bebas masalah..? Menurut Anda, apakah doa Pak Steve itu terlalu naif? Atau doa kita yang ketinggian?
Pak Steve, dengan doa sesederhana itu, sangat bersyukur ketika doa yang dipanjatkannya dikabulkan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Semoga cerita ini bisa menjadi pengingat kita untuk selalu bersyukur.
Selamat tahun baru 2016.
sumber: academictips.org
Belajar dari Pak Steve