Seni Presentasi lewat Telepon. Telepon merupakan salah satu teknologi penting dalam menunjang kesuksesan seorang tenaga penjualan. Alat komunikasi satu ini kerap membuat tawa renyah tenaga penjualan mengembang atau sebaliknya, tangisan yang dalam. Memang benar, telepon hanyalah sebuah sarana, tetapi fungsinya ternyata sangat besar dan luar biasa. Jika tenaga penjualan mengabaikan alat ini, bisa dipastikan salah satu sarana pencetak peluang ini akan membuat Anda sengsara.
Sebut saja namanya Tina, seorang tenaga penjualan asuransi perusahaan besar. Tina sangat rajin mengunjungi calon kliennya di berbagai tempat. Namun, tidak semua calon kliennya bersedia bertatap muka, sebagian memintanya melakukan pembicaraan lewat telepon saja. Dari komunikasi melalui telepon, tina sukses bertransaksi berkali-kali. Bahkan, tanpa harus bertatap muka langsung dengan kliennya, meski hanya sekali, semua dapat diselesaikan lewat telepon! Apa rahasianya?
“Hanya satu kata saja, ‘senyuman’,” ujarnya yakin. Bagaimana mungkin Tina sukses menjual produk hanya dengan menjual senyuman? Namun, Tina sudah membuktikannya. Kita tidak bisa membantah fakta tersebut karena dengan tersenyum, semua orang yang berinteraksi dengannya akan merasa senang dan tenang. Senyuman menjadi senjata luar biasa hebat untuk memengaruhi perasaan orang lain.
Saya tidak perlu memberikan contoh tenaga penjualan yang gagal melakukan transaksi melalui telepon. Contoh kasusnya sudah terlalu banyak. Dan Anda mungkin salah satunya. Berkomunikasi efektif melalui telepon sama sekali tidak mudah. Kita kadang suka menduga-duga dan mengembangkan sikap negatif terhadap lawan bicara, sebelum mereka memulai berkomunikasi.
Beberapa kunci sukses seni presentasi lewat telepon:
· Menerima telepon (call in):
1. Ramah
Setiap menerima telepon dari siapa pun –tanpa harus mengetahui identitasnya, Anda harus bersikap ramah. Ucapkan terima kasih karena mereka sudah bersedia menelepon – menelepon memang membutuhkan energi. Mislanya, “Hallo, terima kasih sudah menelepon. Saya Kokon, saya berbicara dengan siapa?” Buatlah lawan bicara Anda merasa senang dan nyaman. Ciptakan kesan pertama yang menggembirakan.
2. Berikan penjelasan yang lugas
Berkomunikasi melalui telepon lebih terbatas daripada pertemuan tatap muka. Oleh karenanya jangan bertele-tele. Ungkapkan penjelasan secara sederhana, mudah dimengerti, dan lugas tanpa kehilangan sikap ramah.
3. Hati-hati
Berhati-hatilah terhadap penelepon. Tidak semua lawan berbicara adalah calon klien. Bisa jadi mereka adalah competitor atau pihak lain yang sudah menguji Anda!
· Melakukan panggilan (call out)
1. Berikan suka cita kepada penerima telepon
Lawan bicara adalah orang yang paling pantas mendapatkan suka cita dari kita sebagai penelepon. Dengan demikian, biasanya kita pun mendapatkan balasan yang sama. Tidak mungkin suka cita yang kita berikan akan berubah reaksi negatif.
2. Pujilah dan bersimpati kepada lawan bicara
Meski harus sangat hati-hati, biasakanlah memberikan pujian dan simpati kepada lawan bicara.
3. Jangan langsung menawarkan produk
Langsung menawarkan produk pada kesempatan pertama menelepon klien sangat dilarang. Hal yang terbaik adalah menyamarkan produk, dengan mengawali perbincangan dengan basa-basi, pujian, dan simpati.
4. Janji bertemu
Melakukan transaksi secara langsung (dengan bertatap muka) memang lebih baik. Oleh karena itu buatlah janji untuk bertemu dengan calon klien. Bagaimanapun, transaksi tatap muka akan lebih efektif.
5. Mencatat nomor telepon calon klien
Ini bukan pekerjaan mudah. Akan lebih ringan jika kita yang meminta nomor teleponnya, daripada mereka mencatat nomor telepon kita. “Siapa Anda?” mungkin begitu tanggapan mereka ketika Anda meminta mereka untuk mencatat nomor kita. Namun, mau tidak mau, kita harus mendapatkan nomor telepon calon klien dengan cara apa pun.
Semoga berhasil menelepon!
sumber: Super Salesman, Kokon W Suhadi
gambar: oboi-dlja-stola.ru
Seni Presentasi lewat Telepon