Perusahaan Paling Adaptif Tahun 2020. Alto Nivel, dalam artikel yang ditulisnya di entrepreneur.com menyatakan bahwa ada beberapa perusahaan yang paling adaptif di tahun 2020. Pernyataan ini mengutip hasil monitoring DEFACTO, sebuah lembaga riset Spanyol yang memonitor perusahaan-perusahaan yang diibaratkan mampu menyesuaikan diri seperti bunglon, agar tidak jatuh dalam krisis. Pada beberapa kasus, mereka malah menciptakan bisnis model baru. Selama setahun, DEFACTO memonitor hasil yang dicapai di tiap kuartal. Perusahaan-perusahaan ini mampu melampaui perkiraan hasil analis yang diramalkan sebelumnya.
Menurut DEFACTO ada enam elemen yang sama yang dimiliki perusahaan perusahaan ini yang membuat mereka bisa melebihi yang lain, yaitu:
- Memahami Konsumen: Perusahaan mampu memahami konsumen baik kebutuhan dan preferensi secara mendalam.
- Inovasi: Perusahaan membuat komitmen strategis dalam pengembangan dan inovasi
- Supply Chain: Perusahaan agile dalam logistik dan manajemen stok
- Manajemen Resiko: Melakukan offshoring dan diversifikasi untuk mengurangi resiko
- Mix Pengalaman: Memadukan pengalaman tatap muka dan digital bagi klien
- Integritas Manajemen: Perusahaan menekankan perlunya kesejahteraan karyawan, value chain dan sustainability.
Perusahaan-perusahaan itu adalah:
Zoom Video. Perusahaan bereaksi sangat cepat untuk menanggapi peningkatan permintaan yang tiba-tiba: penggunanya meningkat dari 10 menjadi 300 juta antara Desember 2019 dan April 2020. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka membuka pusat data baru dan menandatangani kemitraan baru dengan mitra strategis.
Salesforce. Perusahaan yang berfokus pada pengembangan perangkat lunak korporasi ini berhasil meningkatkan pendapatan dari langganan sebesar 29% pada kuartal kedua 2020. Hanya dalam beberapa minggu sejak pandemi meletus, perusahaan mengembangkan dua paket solusi baru yang bertujuan memfasilitasi manajer perusahaan dan manajer area untuk memastikan keamanan karyawan dari dan ke pekerjaan mereka.
Airbnb. Selain cepat pulih dari keterpurukan perusahaan juga berencana untuk go public. (Perusahaan go public pada 10 Desember 2020) Pembatasan yang ketat selama masa pandemi menyebabkan mereka beradaptasi dengan kebiasaan baru konsumen, fokus menawarkan tempat yang dekat dengan konsumen dan jauh dari area strategis.
Tesla. Nilai saham perusahaan meroket 330% melampaui Toyota dan menjadi produsen mobil dengan nilai tertinggi di dunia. Faktor utama keberhasilannya adalah tingkat produktivitas yang sangat tinggi yang berhasil dicapai, mendekati target produksi tahunan sebesar setengah juta kendaraan. Tapi yang benar-benar menakjubkan adalah Tesla menghasilkan laba kotor 23,5% dari setiap mobil yang dibuat.
The Home Depot. Perusahaan beradaptasi dengan mengubah target marketnya dari profesional ke amatir dengan fokus pada produk DIY (Do It Yourself). Perusahaan jga membatalkan promosi ke pengecer. Pengunjung amatir meningkat 35% (per april). Pada Q2 2020, labanya 24.5% lebih tinggi dari tahun 2019.
Amazon. Perusahaan memulai tahun ini dengan banyak masalah. Tetapi hanya dalam dua bulan keadaan membaik. Jeff Bezos menerapkan rencana kilat untuk mengatasi masalah internal: kenaikan gaji, pelatihan, dan jam kerja fleksibel. Sejak itu, keuntungannya berlipat ganda dan nilai saham Amazon telah meningkat 40 persen.
Nestle. Pandemi mengubah kebiasaan konsumen. Popularitas produk seperti kopi instan atau makanan cepat saji meningkat. Perusahaan juga meluncurkan berbagai inovasi sejalan dengan kebiasaan baru dan telah mengakuisisi perusahaan yang berdedikasi pada pengembangan makanan untuk penderita alergi.
Ericsson. Perusahaan mencapai salah satu tahun sejarah terbaiknya. Margin kotornya telah kembali ke 15 tahun yang lalu dan perkiraannya sangat positif di Cina, Amerika Serikat, dan Eropa berkat teknologi 5G.
Asos. Fokus pada produk pakaian atau gadget khusus untuk pekerjaan jarak jauh. Diiringi dengan kecepatan dalam pengiriman dan pengembalian barang (retur).
Uniqlo. Perusahaan bukan hanya tidak menutup toko fisik tahun ini, tetapi malah meningkatkan jumlah mereka, termasuk dengan ruang interaktif yang luas, campuran toko dan museum, di pusat Tokyo. Selama pandemi, perusahaan mengembangkan masker yang mengadaptasi kain AIRsm sebagai produk penarik untuk meningkatkan arus pengunjung ke toko mereka.
Gambar: wealthtrain