Pentingnya Eye Contact Saat Presentasi. Dalam presentasi, melakukan eye contact dengan audience memegang peranan penting. Eye contact – dalam konsep komunikasi, merupakan bagian dari bahasa tubuh – yang merupakan komponen terbesar dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Ketika kita melakukan eye contact, berarti kita sedang berkomunikasi dengan audience. Berkomunikasi berarti bertukar informasi. Tidak hanya informasi yang terucap, namun juga informasi yang tidak terucap. Namun, perlu dicatat pula bahwa eye contact tidak dapat berdiri sendiri. Ia perlu dipadukan dengan teknik komunikasi yang lain, seperti expresi wajah, intonasi dan pilihan kata yang kita gunakan selama presentasi.
Beberapa hal yang membuat eye contact menjadi penting saat presentasi yaitu:
1. Memberikan informasi apa yang sedang terjadi. Dalam kilasan pandangan beberapa detik kepada audience, seoreang presenter akan mengetahui apa yang sedang terjadi saat ia sedang membawakan presentasi. Apakah audience bingung, mengerti, semangat, atau malah tidak tertarik. Luar biasanya, hal ini bisa didapat oleh presenter dalam waktu beberapa detik saja. Sehingga dengan demikian, ia akan dapat..
2. Menentukan hal apa yang akan dilakukan selanjutnya. Jika dari eye contact tersebut ternyata audiencenya mengerti, ia akan melanjutkan presentasinya. Jika ternyata yang terjadi sebaliknya, maka ia perlu mengubah arah presentasinya. Hal itu bisa dilakukan dengan bertanya, berdiskusi lebih dalam akan topik yang sedang dibahas, atau malah break dahulu. Tidak jarang pada jam-jam tertentu, walaupun materi presentasi masih ada beberapa slide lagi, fasilitator mengambil inisiatif untuk melakukan hal lain setelah melakukan eye contact dengan audience. Sehingga dengan demikian ia akan dapat…
3. Memberikan yang terbaik apa yang diinginkan audience. Bukankah ini yang seharusnya dilakukan oleh seorang presenter? Memberikan yang terbaik bagi audiensnya? Terkadang memang presentasi tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Bisa jadi karena persiapan yang kurang baik (tidak menggali kebutuhan audience terlebih dahulu, tidak jelas audiencenya siapa, kurang dalam dalam menggali kebutuhan, mendapat info hanya dari satu sumber saja, dll) atau karena ‘force majeur’ (tempat berubah tiba-tiba sehingga mood audience sangat jelek, ruangan yang panas, dsb). Saya pernah melakukan presentasi dimana pesertanya belum makan siang, datang ke tempat tersebut dalam keadaan terpaksa, ruangannya tidak ber AC, hanya ada kipas angin besar menggantung diatas ruangan yang berputar dengan mengeluarkan suara ‘wug wug wug wug…’ diluar hujan, dan jendelanya letaknya agak keatas ruangan sehingga cipratan air hujan masuk karena jendelanya tidak bisa ditutup. Melihat wajah-wajah dengan mata lelah, resah dan terpaksa, menurut Anda, apa yang bisa dilakukan? Apa yang Anda harapkan? Meneruskan sesi?
gambar: presentationmagazine.com
Pentingnya Eye Contact Saat Presentasi