Motivasi. Menurut Ruth Kanfer, seorang profesor di bidang psikologi dari Arizona State University: Motivasi merupakan kekuatan psikologis yang akan menentukan arah dari perilaku seseorang (direction of person’s behavior), tingkat upaya (level of effort) dari seseorang dan tingkat ketegaran (level of persistence) pada saat orang itu dihadapkan pada berbagai rintangan.
Definisi motivasi tersebut mengandung beberapa elemen konsep yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Arah dari perilaku seseorang menunjukkan berbagai kemungkinan pilihan perilaku yang bisa dipilih oleh seseorang. Sebagai contoh, seorang karyawan dapat memilih untuk berperilaku datang tepat waktu atau selalu datang terlambat ke kantor. Pilihan karyawan tersebut pasti didasari oleh motivasi tertentu.
2. Tingkat upaya, menunjukkan sampai sejauh mana upaya seseorang untuk mencapai suatu hasil. Tingkat upaya juga akan menunjukkan ukuran intensitas dari dorongan (drive) yang dimiliki seseorang untuk mencapai suatu hasil tertentu. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang memiliki motif berprestasi tinggi akan menunjukkan intensitas belajar lebih tinggi dibanding mahasiswa lain yang tidak memiliki motif berprestasi.
3. Tingkat ketegaran, menunjukkan apakah seseorang pada saat menghadapi rintangan atau masalah tetap berusaha untuk mengatasi berbagai rintangan/masalah tersebut ataukah menyerah.
Ahli manajemen lainnya seperti Robbins dan Coulter memberikan definisi motivasi sebagai “kemauan yang ditunjukkan seorang individu untuk mengeluarkan upaya terbaiknya dalam mencapai tujuan organisasi/perusahaan, di mana kemauan tersebut dikondisikan (conditioned) oleh dapat atau tidak dapat dipenuhinya kebutuhan individu tersebut melalui usaha yang dia lakukan”.
Definisi yang diberikan oleh Robbins dan Coulter, menunjukkan adanya tiga unsur utama yang membentuk motivasi seseorang:
Pertama, unsur upaya (effort) yang akan menunjukkan ukuran intensitas dari dorongan (drive) yang dimiliki seseorang. Dalam untuk mencapai suatu, dibandingkan orang yang tidak termotivasi.
Kedua, unsur tujuan organisasi/perusahaan (organizational goals). Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa kerja keras yang dilakukan seorang karyawan harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Kerja keras yang tidak selaras dengan tujuan perusahaan malah dapat menimbulkan sesuatu yang bersifat kontra produktif bagi perusahaan. Sebagai contoh, buruh yang tidak puas terhadap kompensasi yang diterimanya untuk melakukan berbagai gerakan yang mereka anggap dapat meningkatkan daya tawar mereka terhadap perusahaan. Bahkan bila perlu melakukan pemogokan. Pemogokan buruh sebagai wujud motivasi yang kuat malah dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan dengan menciptakan kondisi kerja yang membantu pencapaian tujuan perusahaan (misalnya melalui penggajian yang wajar dan adil).
Ketiga, unsur kebutuhan (needs), yang menunjukkan keadaan internal seseorang (internal state) yang mengakibatkan orang tersebut tertarik kepada hasil-hasil tertentu. Sebagai contoh, seorang wanita orang tua tunggal yang harus membesarkan dua orang anak sendirian akan memiliki motivasi kerja yang berbeda dengan seorang bujangan yang belum memiliki tanggungan atau karyawan laki-laki yang sudah mendekati waktu pensiun dan tidak memiliki lagi tanggungan. Hal ini disebabkan kebutuhan keduanya berbeda. Selain perbedaan kebutuhan, motivasi juga dipengaruhi oleh dapat tidaknya pemuas kebutuhan itu diperoleh melalui usaha yang dilakukan karyawan.
Sebagai contoh, tenaga penjualan akan termotivasi untuk mengejar bonus penjualan seandainya target yang dibuat perusahaan bersifat menantang. Tapi mereka tidak akan termotivasi untuk mencapai target penjualan seandainya target yang ditetapkan tidak akan mungkin dapat dicapai, sekali pun para tenaga penjualan itu telah mengarahkan kemampuan terbaiknya.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa di dalam motivasi terdapat: pertama, perilaku yang mengarah kepada tujuan di mana perilaku tersebut diarahkan oleh keinginan untuk memuaskan kebutuhan. Kedua, derajat dari upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Faktor-faktor yang Menimbulkan Motivasi
Motivasi dapat berasal dari sumber-sumber yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik. Perilaku yang dimotivasi secara instrinsik (intrinsically motivated behavior) merupakan perilaku yang sumber motivasinya berasal dari kepuasan melakukan pekerjaan itu sendiri. Banyak manajer puncak yang termotivasi untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan sulit karena mereka memperoleh kepuasan melalui pencapaian kinerja tersebut.
Sebagai contoh pada saat Robby Djohan diminta oleh Tanri Abeng selaku Menteri BUMN untuk menyehatkan Garuda. Robby Djohan memberikan target penyehatan Garuda dalam waktu hanya 6 bulan dan dia mendapatkan kepuasan yang luar biasa setelah kinerja keuangan Garuda dapat menunjukkan perbaikan yang signifikan selama periode tersebut.
Sedangkan perilaku yang dimotivasi secara ekstrinsik (extrinsically motivated behavior) merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dengan tujuan memperoleh imbalan material, imbalan sosial, atau untuk menghindari hukuman.
Pemanfaatan Motivasi untuk Menghasilkan Kinerja Karyawan yang Baik
Tanpa memperhatikan apakah perilaku seseorang di motivasi oleh faktor-faktor intrinsik atau ekstrinsik, pada dasarnya orang yang melakukan perilaku tertentu mengharapkan hasil dari perilaku yang dia lakukan. Hasil (outcome) mencakup apa pun yang diperoleh seseorang dari pekerjaannya atau perusahaan. Beberapa hasil seperti rasa puas setelah menyelesaikan tugas yang menantang, rasa puas memiliki wewenang, rasa senang mengerjakan suatu pekerjaan, akan memotivasi perilaku orang secara instrinsik. Sedangkan imbalan gaji, bonus, dan tunjangan, memotivasi perilaku orang secara ekstrinsik.
Sebuah perusahaan mempekerjakan karyawan untuk memperoleh input yang penting. Input sendiri merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan oleh sumber daya manusia perusahaan dan dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan. Input tersebut mencakup misalnya pengetahuan, keahlian, usaha, waktu, tenaga, serta pengalaman yang dimiliki oleh karyawan dan mereka bersedia memberikannya kepada perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Proses motivasi pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan mendorong agar para karyawan mau memberikan input yang mereka miliki agar tujuan perusahaan tercapai. Untuk mendorong karyawan, perusahaan menghubungkan input yang diberikan dengan hasil yang diharapkan oleh para karyawan melalui kinerja yang mereka tunjukkan.
sumber: Pengantar Manajemen
pic: 1.bp.blogspot.com