Kepemimpinan

Kepemimpinan

Apakah definisi yang tepat dari kepemimpinan? Sesungguhnya tiap orang dan tiap organisasi mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang hal ini. Ini sama juga bertanya kepada orang yang berbeda mengenai definisi ‘Cantik’. Namun demikian,  ada batasan-batasan tertentu di mana seseorang disebut dengan cantik. Demikian pula dengan kepemimpinan. Ada batasan-batasannya di mana seseorang disebut mempunyai sifat kepemimpinan atau tidak. Secara sederhana dan umum, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Semakin besar pengaruh yang diberikan, maka semakin efektif gaya kepemimpinan yang digunakan.

Stephen Covey mengatakan di dalam bukunya The 8th Habit bahwa ada 4 peran kepemimpinan (4 Roles of Leadership), yaitu:

1. Modelling (conscience) : memberikan contoh yang baik sebagai role model
Modelling menjadi sentral dari segala teori kepemimpinan. Tanpa modelling yang baik, maka apa pun yang kita sampaikan tidak akan dipatuhi (baik secara terang-terangan atau pun tersembunyi). Bayangkan misalnya pada sebuah meeting kita sebagai pimpinan mengatakan bahwa terlambat adalah cermin perbuatan yang tidak disiplin. Tetapi justru kitalah yang paling sering terlambat datang ke kantor. Jika Anda menjadi anggota tim yang mempunyai pimpinan seperti itu, apakah Anda akan meniru tindakannya atau ucapannya? Modelling bukan hanya tanggung jawab pemimpin, tetapi semua orang yang ada di dalam tim wajib menjadi model yang baik bagi lingkungannya.

Faktor yang paling berpengaruh dari sifat-sifat kepemimpinan dalam modelling adalah Integritas. Dari 54.000 orang yang di survey mengatakan bahwa faktor Integritas disebut oleh 15.000 orang atau 28%. Kemudian baru di ikuti oleh komunikator yang baik (17%) dan fokus pada pengembangan SDM (13%). Ini menunjukkan bahwa kunci utama keberhasilan kepemimpinan yang baik terletak pada karakter pemimpinnya.

2. Pathfinding (vision) : Menentukan arah
Pathfinding adalah peran kepemimpinan berikutnya di mana seorang pemimpin menentukan visi, misi dan strategi kemudian membaginya dengan tim yang dipimpinnya. Penting sekali dalam hal ini memastikan peran kepemimpinan sehingga tujuan organisasi di ketahui hingga sampai ke semua level.

Dua pertanyaan penting yang bisa digunakan sebagai bottom line adalah: Apakah semua orang sudah memahami dengan jelas apa tujuan perusahaan saat ini? Kalau sudah dipahami maka pertanyaan kedua yang tak kalah penting adalah: Apakah mereka berkomitmen untuk menjalankannya? Jika benar berkomitmen, seberapa besar komitmen mereka dan apa yang bisa ‘dibantu’ oleh perusahaan agar komitmen bisa dijalankan?

3. Aligning (discipline) : Menjaga supaya tetap ada di track yang benar
Aligning tidak akan pernah selesai. Dibutuhkan usaha yang terus menerus dan konsisten serta melakukan adjustment untuk menyesuaikan dengan perubahan. Karena itu diperlukan fleksibilitas di dalam sistem, struktur dan proses sehingga memudahkan perusahaan untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan.

Dua pertanyaan penting yang bisa digunakan sebagai bottom line adalah: Apakah kita sudah on target? Pertanyaan kedua yang tak kalah penting adalah: Apakah kita dalam arah yang tepat bila dikaitkan dengan hal yang paling penting yang harus kita kerjakan?

Masih ingat kisah dua penebang pohon di hutan yang diminta mencari kayu?
Penebang pohon pertama adalah penebang pohon yang sudah berpengalaman, sehingga ketika diminta untuk mencari kayu, tanpa membuka petunjuk yang diberikan langsung berangkat ke hutan.
Sedangkan penebang pohon kedua, sebelum berangkat ke hutan, mencocokkan kembali keinginan dan petunjuk yang diterimanya.
Menjelang senja, ketika keduanya kembali dalam keadaan letih dengan kayu-kayu yang mereka dapatkan, penebang pohon kedua mendapatkan upah yang dijanjikan, sedangkan penebang pohon pertama tidak dibayar karena kayu yang dibawanya berasal dari pohon yang salah.

4. Empowering (passion) : Fokus pada hasil pengembangan talent, bukan metode, memberikan kepercayaan, membantu bila diminta
Kami melakukan survey terhadap 3500 orang manager dan professional. Pertanyaannya satu: Apa yang menyebabkan empowerment gagal dilakukan? Tiga jawaban pertama dengan nilai di atas 90% adalah:
– Manager khawatir untuk melepaskan / memberi kepercayaan 100% : 97%
– Misalignment system : 93%
– Kemampuan / skill manager kurang memadai : 92%

Perhatikan bahwa yang paling besar pengaruhnya dalam kegagalan empowerment adalah: pimpinan yang ‘belum rela’ untuk menyerahkan kepercayaan kepada timnya. bahkan, seorang CEO yang perusahaannya termasuk perusahaan yang hebat ketika ditanya, tantangan apa yang paling sulit dalam posisinya sebagai CEO? Jawabannya adalah: Giving up control

Kepemimpinan adalah bagaimana caranya membuat lingkungan di mana orang-orang yang ada didalamnya ingin menjadi bagian yang utuh dari organisasi dan tidak sekedar berada di sana. Kepemimpinan menciptakan kondisi di mana mereka bisa bekerja karena keinginan dan bukan karena keharusan. Sebagai seorang pebisnis, adalah kewajiban saya untuk membuat lingkungan kerja di mana orang-orang merasa menjadi bagian penting dari organisasi, merasa puas, dan merasa hidupnya bermakna. Makna, adalah nilai dalam hidup yang akan memandu seseorang untuk bekerja dengan hati. Sehingga, kita akan melihat mereka berkerja dengan memberikan yang terbaik, dan kami akan memberikan yang terbaik pula untuk mereka.

Tetapi, bila Anda melihat mereka seperti sebuah ‘benda’ yang hanya menjalankan tugas yang diberikan, seperti sebuah kursi yang kita duduki. Maka, saya yakin bahwa tidak ada seorang pun yang ingin menjadi seperti itu. Kami menemukan bahwa kepuasan terbesar dari seorang karyawan adalah bila mereka menjadi bagian penting dan dipercaya penuh untuk membuat keputusan dan berkontribusi. (Horst Schulz – co-founder of the Ritz-Carlton Hotel Co.)

Sumber: Stephen Covey, The 8th Habit, Free Press, 2004
gambar: cultivatingleadership.co.nz
Kepemimpinan

Older Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.