Jangan Meludah ke Sumur

Jangan Meludah ke Sumur

Jangan Meludah ke Sumur. Dulu, sewaktu saya kecil, keluarga kami sempat tinggal di sebuah rumah yang ada sumur di belakangnya. Buat saya waktu itu, ukuran sumurnya cukup besar, mungkin karena saya masih kecil. Sayangnya, air sumurnya tidak bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari karena airnya yang berwarna hijau pekat. Entah karena banyak ganggang kecil-kecil didalamnya atau karena hal lain. Sehingga waktu itu, kebutuhan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari disuply truk tangki yang datang secara rutin ke rumah-rumah yang ada.

Entah siapa yang bilang ke saya dulu, jangan meludah ke sumur. Terlepas dari sumur itu dipakai atau tidak. Kenapa? karena ia adalah sumber air yang sejelek-jeleknya sumur, airnya masih bisa dipergunakan. Paling tidak, misalnya untuk menyiram tanah di kala terik panas membakar di siang hari.
Mungkin sekarang sudah jarang ada sumur yang benar-benar ditimba airnya untuk diambil. Timbanya sekarang banyak diganti dengan mesin penyedot air. Namun, hakikatnya masih sama: air di sumur dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Nah, apa analoginya sumur dengan kehidupan kita saat ini?
Sumber air yang ada di sumur, berasal dari mata air. Sumber pendapatan berasal dari bekerja. Jadi pekerjaan yang kita lakukan saat ini adalah ibarat kita seperti menimba air di dalam sumur. Hasilnya kita pergunakan untuk keperluan sehari sehari. Untuk membayar uang sekolah anak, untuk kuliah, membayar segala keperluan, kreditan, cicilan, tabungan dan lain-lain. Sehingga tidak berlebihan bila ada yang bilang, ‘sumur’ anda (pekerjaan), itu salah satu bagian terpenting dari hidup Anda.

Bayangkan sekarang kalau ada yang meludah ke ‘sumur’ Anda. Marah gak?
Celakanya, biasanya yang meludah ke ‘sumur’ kita tu bukan orang lain. Tapi kita sendiri. Contohnya misalnya: Anda suka menyumpah-nyumpah pekerjaan yang dilakukan. Sulitlah, menyebalkanlah, tiap hari ngomongnya pingin pindah ke tempat lain, tapi gak pindah-pindah. Apa bukan ‘meludah ke sumur’ itu namanya?

Bayangin kalo air yang sudah diludahi tadi, diambil kemudian dipakai untuk kebutuhan sehari-hari? Daaaan, semua orang yang menggunakan air itu tahu kalau setiap hari dengan rajin Anda meludahinya 3×1 sehari, persis kayak minum obat.

Ini hanya analogi sederhana. Artinya, hal-hal yang kita perlukan, kita butuhkan, selama kita masih mau.. ya jangan disumpahin dan disegala-macemin dong. Kan pernah tuh ada penelitian tentang struktur air yang disumpahin sama yang dibaikin. Hasilnya beda kan?

So, wake up guys, ayo dikurangi ‘meludah ke sumur’-nya. Terus kalo gak cocok di situ gimana? Ya pindah aja. Tapi gak usah pake ngedumel. gampang kan? Seperti kata Gus Dur, “Gitu aja kok repot.”

gambar: wall321.com
Penulis: Iwan Pramana. Ia bisa dihubungi di iwan_pramanaATyahooDOTcom
Jangan Meludah ke Sumur

  1. Morning mas iwan,,, sangat inspiratif ceritanya….jadi ingat waktu praktek nasi yang di beri kata2 baik dan buruk yang mas iwan share…luar biasa…

    tetap sehat ya mas,,, salam hormat buat ibu..

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.