Bob Sadino

Bob Sadino

Bob Sadino yang mempunyai nama lengkap Bambang Mustari Sadino, dilahirkan di Tanjung Karang pada 9 Maret 1933. Orang tua Bob Sadino adalah seorang guru yang termasuk pegawai negeri pemerintahan Hindia Belanda (amtenaar). Sehingga dengan keadaan yang demikian membuat Bob Sadino dapat dengan leluasa mengenyam pendidikan dari Sekolah Rakyat sampai SMA.

Selepas SMA pada tahun 1953, ia memulai kariernya bekerja di Unilever. Bob Sadino sempat mengenyam kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tetapi kemudian berhenti kuliah dan bekerja kembali karena merasa tidak cocok dan hanya ikut-ikutan teman saja.

Setelah bertahun-tahun bekerja di Unilever, Bob Muda memutuskan untuk pindah ke McLain & Watson Coy (Djakarta Llyod). Pekerjaan ini mengharuskannya untuk berkelana ke mancanegara. Bob Sadino kembali ke Jakarta pada tahun 1967 hanya dengan membawa oleh-oleh dua sedan mercedes sebagai hasil jerih payahnya bertahun-tahun bekerja di Eropa. Satu dijual untuk dibelikan sebidang tanah di Kemang, satu lagi dijadikan sebagai taksi gelap / disewakan ke pihak lain.

Belum genap setahun usahanya, taksi yang selama ini dijadikan sumber mata pencarian tertabrak dan tidak terurus karena tidak ada dana. Akhirnya untuk menutupi kebutuhan hidup, Bob Sadino menjalani profesi sebagai kuli bangunan dengan upah yang sangat minim untuk pekerjaan-pekerjaan seperti: nembok, ngecat, motong kayu, nyemen, dll. Saat itu, kondisi keuangan keluarga berada di titik yang paling rendah. Makan pun seadanya. Makanan paling mewah adalah gado-gado dengan telur.

Kondisi Bob terdengar oleh kawan-kawan lamanya. Pada awal 1970, seorang kawan menyarankan agar beternak ayam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bibit diberikan oleh kawannya itu sebanyak beberapa puluh ekor. Ketika pertama kali memelihara ayam dia berfikir, ‘ayam yang hanya diberi paruh dan kaki saja bisa hidup dan mencari makan sendiri… kenapa manusia tidak?’

Untuk menambah pengetahuannya tentang ayam ia belajar dari majalah terbitan belanda tentang peternakan dan perkebunan. Dialah yang pertama kali memperkenalkan telur ayam negeri, daging ayam broiler, brokoli, paprika, jagung manis, sampai hidroponik di Indonesia. Semuanya diperolehnya dengan otodidak.

Selain daging, peternakan ayamnya menghasilkan telur. Awalnya, telur yang dihasilkan dari peternakannya dijajakan dari rumah kerumah. Bob mengetuk setiap pintu rumah di kaawasan Kemang. Ada yang mau, banyak yang menolak. Banyak yang tidak laku karena telur yang dibawanya lebih besar dari telur yang umum saat itu (telur ayam kampung).

Untungnya om Bob Sadino dan istri tidak menyerah. Ia melakukan differensiasi dengan memasukkan sekuntum anggrek ke tiap kantong dagangannya. Ini dilakukan karena di Kemang banyak orang bulenya. Buat mereka, bonus bunga anggrek adalah istimewa karena di negara asalnya bunga ini berharga sangat mahal. Di Indonesia, malah dapat gratis hadiah membeli telur.

Ada 3 langkah menciptakan pasar ala Bob Sadino
1. Menjadi yang pertama, atau
2. Menjadi yang terbaik, atau
3. Menjadi yang berbeda.

Sumber: Belajar Goblok dari bob Sadino, Kintamani Publishing, 2007.
Sumber gambar: merdeka.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.