Akibat Kegagalan di Mata Masyarakat

Akibat Kegagalan di Mata Masyarakat

Kegagalan bukan suatu yang “menjadi tren” dalam masyarakat sekarang. Dunia sekarang lebih menyenangi orang sukses dan membenci yang gagal. Kita sampai ke tahap yang menetapkan bahwa “tidak ada orang yang harus membuat kesalahan” dan mereka yang membuat kesalahan akan dihukum. Sepertinya ada pesan bahwa hidup ini terdiri dari orang yang sukses dan yang gagal saja. Jika anda bukan nomor satu atau sekurang-kurangnya dalam golongan lima teratas, anda dianggap telah gagal.

Meski pun mungkin terasa aneh, sejak dulu manusia hanya belajar dari kesalahan. Jutaan manusia sepanjang sejarah terpaksa melakukan banyak kesalahan agar sampai ke taraf hidup sekarang ketika kita mempunyai 150.000 perkataan umum untuk mengutarakan pengalaman lain daripada yang lain – namun kita dikutuk jika membuat kesalahan seperti kesalahan yang telah membantu kita mencapai tingkat “peradaban” sekarang ini.

Jadi, meski pun sebenarnya belajar dari kesalahan, kita tetap akan dihukum karena melakukannya.
Dengan demikian, kita harus bersedia menghadapi akibat yang akan muncul.
Apabila anda gagal, ada beberapa hal yang seharusnya tidak Anda harapkan.
Misalnya, jangan berharap orang akan memahami mengapa anda gagal.
Jangan berharap anda tidak akan disalahkan.
Jangan berharap semua sahabat akan masih berada di sekeliling anda.
Jangan berharap untuk terus hidup dalam kemewahan seperti yang biasa anda alami.
Jangan berharap mendapat banyak dukungan moral dari orang.
Jangan berharap orang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara.
Jangan berharap bahwa anggota keluarga anda akan memahami anda.
Jangan berharap dapat makan dengan berselera atau tidur dengan nyenyak.
Jangan berharap anda masih ingin keluar dan bergaul dengan orang.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk? Hakikatnya, jika hal-hal di atas tidak berlaku, hal itu tidak normal lagi bagi masyarakat yang memuji yang menang dan menghukum yang kalah.
Saya masih ingat ketika mengalami kegagalan besar yang pertama dalam hidup. Saya terpaksa menjual mobil dan membeli mobil bekas. Saya terpaksa hidup dengan makan mie untuk sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Saya terpaksa keluar dari rumah lama dan menyewa bilik kecil.

Banyak kawan tidak pernah muncul. Saya dituduh menghabiskan uang perusahaan. Bank mencari saya untuk menagih pinjaman perusahaan. Dan yang paling buruk sekali, enam bulan setelah itu pacar saya meninggalkan saya. Uang menipis dan hal-hal buruk pun terjadi. Dengan jujur saya berkata, saya nyaris “mati” .

Sepanjang hidup, saya belum menemui seseorang yang dipuji atau mendapat hadiah karena gagal. Begitulah keadaan masyarakat di mana kita hidup. Jadi mustahil untuk mengetahui apa yang harus diperkirakan apabila kita gagal, dan kita harus bersedia menghadapinya.

Banyak kawan anda akan menegur seperti “Sudah kubilang jangan…….” .
Secara pribadi anda akan merasa rendah diri dan malu berjumpa dengan orang. Semua ini merupakan proses normal yang berlaku bila seseorang gagal. Anda pasti bukan orang pertama di dunia yang mengalaminya. Malahan semua tokoh besar yang telah mengalami kegagalan besar dalam hidup telah melalui ujian ini – ujian yang membentuk diri mereka untuk dipersiapkan sebagai tokoh besar.

Menurut pengalaman pribadi saya, apabila seseorang gagal, maka tiada gunanya murung memikirkan kegagalan tetapi perlu mencari penyebabnya. Bagi saya, mengetahui mengapa kita gagal adalah lebih penting daripada sukses tanpa mengetahui penyebabnya.

Barangkali kenyataan berikut membuktikan kebenaran saya :
“….. Keberanian untuk berpegang pada kebenaran seperti yang kita pelajari mencakup keberanian menghadapi diri sendiri, dengan mengakui semua kesalahan yang telah kita buat – kesalahan merupakan dosa jika tidak diakui.”
Buck Minster Fuller

“Saya telah membuat kesalahan sepanjang hayat, dan jika ada sesuatu yang membantu, itu adalah hakikat bahwa apabila membuat satu kesalahan, saya tidak berhenti untuk mengkajinya. Saya hanya terus maju dan membuat beberapa kesalahan lagi.”
James B.Duke

Menyesal atau menyalahkan orang lain berkenaan dengan keputusan yang telah kita buat adalah perbuatan yang tidak pernah membuahkan hasil. Saya telah belajar dan belajar dengan baik bahwa apa pun keputusan yang kita buat, walau dipengaruhi orang lain, adalah tanggung jawab kita sendiri – orang lain tidak boleh disalahkan. Kita boleh mendengar segala jenis pendapat, tetapi ingat, tanggung jawab keputusan terletak pada kita sendiri.

“Pemikir jitu tidak membenarkan orang lain berpikir untuk mereka. Orang yang sukses mempunyai sistem tetap untuk mencapai keputusan dengan tepat. Mereka mengumpulkan pendapat dan mendapatkan pendapat orang lain, tetapi, pada akhirnya mereka menetapkan sendiri hak istimewa untuk membuat keputusan.”

Jangan menyalahkan diri sendiri jika anda telah membuat keputusan yang salah – belajarlah darinya. Kebanyakan kita membuat keputusan yang kita anggap betul dan jika akhirnya terbukti salah itu tidak masalah, jangan menyalahkan diri karenanya. Kita tidak boleh mengelakkan hakikat bahwa kita mungkin membuat keputusan yang salah. Tetapi apa yang perlu hanyalah satu keputusan betul untuk membetulkan segala-galanya.

Pada suatu ketika sebuah kilang milik Thomas Edison terbakar. Ketika memperhatikannya kilang terbakar ia tidak dapat berbuat apa-apa. Segala hasil penelitian dan semua peralatan hangus di jilat api. Ia memanggil anak lelakinya Charles. “Kemarilah Charles!”, katanya, “Kamu tidak akan melihat sesuatu seperti ini lagi!” Kemudian ia memanggil istrinya . Ketika ketiga-tiganya berdiri melihat api yang sedang membakar dengan dahsyat, Edison tersenyum dan berkata, “Habislah semua kesalahan kita! Sekarang marilah kita membuat awal langkah awal baru! “
Dengan segera ia mulai membangun semula kilang dan tidak lama setelah itu telah menciptakan music box!

“Kegagalan masa lalu merupakan pedoman bagi kesuksesan di masa datang.”
Anonim

Sumber: Berani Gagal, Billy PS Lim
gambar: newfunnypictures.net

Leave a Reply

Your email address will not be published.