Pola Pikir Penghambat Perubahan

Pola Pikir Penghambat Perubahan

 

Ada sekian banyak jenis pola pikir yang dapat menghalangi kita untuk memikirkan jalan keluar dari permasalahan yang ada atau melakukan perubahan. Hambatan-hambatan itu timbul dari cara pikiran dalam mengolah informasi yang diterima. Berikut contoh-contoh pola pikir penghambat perubahan:

1. Keabsolutan (Pokoknya begini)
Orang-orang yang menganut pola pikir ini biasanya tidak mendengarkan siapa pun kecuali satu orang, yaitu… diri mereka sendiri. Mereka mati-matian bertahan untuk berada dalam status quo dan menolak segala gagasan baru. Berhati-hatilah pada orang yang berkata, “Cuma ada satu jawaban benar!”, dan siap-siaplah Anda untuk diceramahi.

2. Rasa Puas
Orang yang sudah puas sangat sulit untuk menerima gagasan perubahan. Orang-orang ini tidak dapat melihat alasan dilakukannya perubahan. Mereka memegang teguh gagasan ‘kalau tidak rusak, untuk apa dibetulkan.’ Bentuk resistensi terhadap perubahan seperti ini sebenarnya dapat dimaklumi. Karena mereka melihat bahwa dengan perubahan yang akan dilakukan tidak ada jaminan bahwa keadaan akan menjadi bertambah baik. Ibaratnya, bila Anda sukses, dan telah menjalani gaya hidup tertentu yang nyaman, aman, menyenangkan.. apakah terpikir Anda akan merubah gaya hidup Anda?

3. Proses Instant
Jaman sekarang adalah jamannya instant, seketika. Semuanya ingin seketika. Baru bekerja, seketika ingin gaji besar, jabatan tinggi, tangan bersih. Banyak pula perusahaan yang prosesnya belum rampung sudah mengharap hasil yang nyata. Padahal prosesnya masih berjalan.

4. Pikiran Terpolarisasi
Pola pikir seperti ini masih lebih baik dibanding keabsolutan. Masalahnya adalah, biasanya pola pikir seperti ini tendensinya seperti bandul jam dinding: kalau tidak ke kiri ya ke kanan, selalu mengambil titik ekstrim. Buat mereka, tidak ada jalan tengah. Ibaratnya, ketika menerapkan sistem yang baru, mereka meninggalkan SEMUA hal-hal positif yang ada pada sistem yang lama. Padahal, sistem yang lama juga ada positifnya.

5. Orang yang Terlalu Pandai
Orang-orang pandai terkadang mempunyai proses berfikir lebih cepat dibanding orang awam. Pikiran mereka bagai komputer yang mampu memilah-milah sejumlah besar data dengan petunjuk yang sedikit. Namun, mereka sering gagal mempertimbangkan elemen-elemen yang seharusnya dijadikan faktor dalam pengambilan keputusan dan secara khusus gagal mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan itu.

6. Angan-angan

Mediia telah membentuk kita menjadi orang yang suka berangan-angan. Iklan TV misalnya, selalu menyajikan bahwa segala masalah itu mudah untuk diselesaikan hanya dengan menggunakan prosuk tertentu. Sinetron-sinetron menggambarkan mereka yang muda, kaya, cantik, tampan, berpenghasilan besar, namun tidak bekerja atau bekerjanya sedikit sekali. Sebagai akhirnya, proses berfikir mereka yang sering melihat tayangan-tayangan itu menjadi lebih dangkal dan pendek.

7. Tak Punya Keberanian

Tak punya keberanian tidak berarti jelek. Terkadang atas nama ‘keberanian’ yang terjadi adalah tindakan yang tidak dipikir panjang dan konyol. Yang sering terjadi mengapa tidak terjadi perubahan ke arah lebih baik yang signifikan adalah, karena kita tahu suatu hal yang bila dibiarkan dalam jangka panjang akan berefek negatif, tetapi kita masih membiarkannya. Pada saat seperti ini alangkah lebih baik bila kita bertanya kepada diri sendiri,”Peran / tindakan apa yang dapat saya lakukan agar keadaan lebih baik?” ,sambil Anda mengumpulkan data – data yang dibutuhkan.

8. Gender

Walau pengaruhnya tidak sebesar bila dibanding hal-hal di atas, namun dalam beberapa hal pikiran mengenai gender ini mempengaruhi pola pikir kita. Kita memisahkannya sebagai hal-hal yang maskulin dan feminin. Ada hal-hal yang sebaiknya di kerjakan pria dan ada yang sebaiknya di kerjakan oleh wanita. Namun, batasan-batasan ini kini sudah banyak berkurang dibanding beberapa dekade lalu.

sumber: Jennifer James, Thinking in the Future Tense
gambar: wallpapersus.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.