Oleh: John C Maxwell.
Memeriksa Kompas Anda.
Bagaimanakah Anda mengukur sebuah visi? Bagaimanakah Anda tahu apakah visi tersebut layak dan menarik? Periksalah kompas Anda. Setiap tim butuh kompas. Sebuah tim hendaknya memeriksa enam “kompas” berikut sebelum berangkat dalam suatu perjalanan.
Visi sebuah tim haruslah sejalan dengan:
1. Kompas Moral (Melihat ke atas)
Jutawan pemerhati kesejahteraan manusia, Andrew Carnegie, menyatakan, “Bisnis yang hebat jarang sekali menjadi besar kalau tidak sejalan dengan integritas tertinggi.” Ini benar bagi upaya apa pun. Hanya ada satu bagian utara yang sejati. Kalau kompas Anda menunjuk ke arah lain, tim Anda menuju ke arah yang keliru.
Sebuah kompas moral membawakan integritas kepada visinya. Ia membantu semua orang dalam tim untuk memeriksa motif mereka dan memastikan agar mereka bekerja karena alasan yang tepat. Ia juga membawakan kredibilitas bagi pemimpin yang melontarkan visinya – tetapi hanya kalau mereka meneladani nilai-nilai yang diharapkan di rangkul oleh para anggota timnya. Kalau ya, mereka bawakan bahan bakar kepada visinya, yang membuatnya terus melaju.
2. Kompas Intuitif (Melihat ke dalam)
Di mana integritas membawakan bahan bakar bagi visinya, semangat membawakan apinya. Dan api semangat serta keyakinan sejati hanya datang dari dalam.
Dalam buku The Leadership Challenge, James Kouzes dan Barry Posner menjelaskan bahwa “visi timbul dari intuisi kita. Kalau kebutuhan adalah Ibu segala penemuan, intuisi adalah Ibu dari segala visi. Pengalaman memupuk intuisi kita dan meningkatkan wawasan kita”. Visi haruslah bergema di dalam diri sang pemimpin tim. Lalu visi juga harus bergema di dalam para anggota timnya, yang akan diminta bekerja keras untuk menjadikannya berbuah. Tetapi itulah nilai dari semangat intuitif. Ia membawakan api yang membakar yang berkomitmen – dan menghanguskan yang tidak berkomitmen.
3. Kompas Historis (Melihat ke belakang)
Ada pepatah lama yang saya dengar ketika saya tinggal di pedalaman Indiana: “Jangan singkirkan pagarnya sebelum Anda tahu mengapa pagar itu ada di sana”. Anda takkan pernah tahu: mungkin saja ada banteng di luar sana! Visi yang menarik hendaknya dibangun atas masa lalu, bukannya menghilangkannya. Hendaknya ia memanfaatkan apa pun yang dikontribusikan oleh tim sebelumnya dalam organisasinya.
Setiap kali Anda melontarkan visi, Anda harus menciptakan hubungan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Anda harus menyatukannya. Orang tak menjangkau masa depan hingga mereka menyentuh masa lalu. Kalau Anda masukkan sejarah tim, orang yang sudah lama dalam organisasinya merasa dihargai (seandainya pun mereka bukan lagi bintangnya). Di saat yang sama, orang yang lebih baru mendapatkan rasa tenteram, mengetahui bahwa visi yang sekarang dibangun di atas masa lalu dan mengantarkan ke masa depan.
Apakah cara terbaik untuk melakukannya? Dengan bercerita. Prinsip-prinsip boleh memudar di benak orang, tetapi cerita akan melekat. Cerita membawakan hubungan kepada visinya. Ceritakanlah kisah-kisah dari masa lalu yang memberikan rasa sejarah. Ceritakanlah kisah-kisah tentang hal-hal mengasyikan yang terjadi sekarang di antara para anggota tim. Dan ceritakanlah kisah tentang seperti apa jadinya nanti kalau tim memenuhi visinya. Kisah-kisah lah yang mengingatkan orang akan visinya.
4. Kompas Arah (Melihat ke depan)
Pujangga Henry David Thoreau menulis, “Kalau seseorang maju dengan penuh percaya diri ke arah impian-impiannya, dan berupaya menjalani kehidupan yang telah dibayangkannya, ia akan menemukan sukses secara tak terduga di waktu-waktu biasa”. Seperti yang telah saya sebutkan, visi memberikan arah bagi tim. Bagian dari arah tersebut berasal dari rasa bertujuan.
Sebuah sasaran memotivasi tim. Wasit NFL, Jim Tunney berkomentar tentang hal ini ketika ia berkata, “Mengapakah kita menyebutnya garis sasaran? Karena sebelas orang dari tim yang menyerang bahu membahu untuk mencapai satu tujuan – membawa bolanya melewati garis tersebut. Semua orang memiliki tugas yang spesifik – baik yang menyerang atau pun pemain lainnya tahu persis apa tugasnya. Bahkan tim yang bertahan pun memiliki sasaran – yaitu menghalangi tim yang menyerang mencapai sasaran mereka”.
5. Kompas Strategis (Melihat ke sekeliling)
Sebuah sasaran takkan banyak bermanfaat bagi sebuah tim tanpa langkah-langkah untuk mencapainya. Visi tanpa strategi adalah sama saja dengan mimpi di siang bolong. Seperti yang dikomentari oleh Vince Abner, “Visi belumlah cukup –ia harus di kombinasikan dengan upaya. Tidaklah cukup memandangi anak-anak tangganya; kita harus menaikinya”.
Nilai sebuah strategi adalah bahwa ia membawakan proses kepada visinya. Ia mengidentifikasikan sumber-sumber dayanya dan menggerakkan anggota-anggota tim. Orang membutuhkan lebih dari sekedar informasi dan inspirasi. Mereka butuh instruksi dalam apa yang harus dilakukan untuk menjadikan visinya kenyataan dan cara untuk sampai ke sana. Sebuah strategi memenuhi kebutuhan tersebut.
6. Kompas Visionari (Melihat jauh ke depan)
Visi sebuah tim haruslah melihat jauh melampaui keadaan-keadaan yang sekarang serta kelemahan-kelemahan yang sudah jelas dari rekan-rekan yang sekarang, untuk melihat potensi timnya. Sebuah visi yang benar-benar hebat mengungkapkan bisa menjadi apa tim yang bersangkutan kalau mereka benar-benar mengamalkan nilai-nilai mereka serta bekerja menurut standar-standar tinggi mereka.
Kalau Anda seorang pemimpin tim, membuat orang-orang Anda mencapai potensi mereka artinya menantang mereka. Seperti yang Anda ketahui, membuat para anggota tim muncul adalah suatu hal. Membuat mereka tumbuh adalah hal lain lagi. Salah satu hal menyangkut visi yang jauh ke depan adalah ia membuat timnya “ter-ekstra-rentangkan”.
Tanpa tantangan, banyak orang cenderung jatuh atau memudar. Charles Noble menyimpulkan, “Anda harus memiliki visi jangka panjang agar jangan frustasi akibat kegagalan-kegagalan jangka pendek”.
Itu benar. Visi membantu orang dengan motivasi. Ini terutama penting bagi orang-orang yang sangat berbakat. Terkadang mereka kurang berhasrat. Itulah sebabnya artis seperti Michelangelo berdoa, “Ya Tuhan, anugerahkanlah agar aku selalu menghasratkan lebih daripada yang dapat kucapai”. Kompas visionary menjawab doa tersebut.
Seseorang pernah mengatakan bahwa hanya orang-orang yang dapat melihat yang tidak kelihatan lah yang dapat melakukan yang mustahil. Itu menunjukkan nilai visi. Tetapi itu juga mengindikasikan bahwa visi bisa menjadi kualitas yang sulit di gapai. Kalau Anda dapat dengan yakin mengukur visi tim Anda menurut keenam “kompas” ini, dan Anda temukan mereka semua sejalan ke arah yang tepat, maka tim Anda memiliki peluang yang cukup baik untuk meraih sukses. Dan jangan keliru. Bukan saja sebuah tim bisa gagal tanpa visi – ia bahkan takkan bertahan tanpa visi. Kata-kata Raja Salomo dari Israel zaman dulu yang ,memiliki reputasi sebagai orang yang paling bijaksana, sungguh benar: “Bila tidak ada wahyu, menjadi liar lah rakyat”. Visi memberikan arah serta kepercayaan diri kepada par anggota tim, dua hal yang tidak mungkin tidak mereka memiliki. Itulah sifat penting dari Hukum Kompas.
sumber: John C Maxwell, The Indisputable Laws of Teamwork.
gambar: wapheo.net
Memeriksa Kompas Anda