Mestakung

Mestakung

Oleh: Prof Yohannes Surya, Phd.

“Saya sangat yakin bahwa prinsip-prinsip semesta akan sangat indah dan sederhana.”
-Albert Einstein-

Fenomena Mestakung
Apa yang terjadi ketika kita menuangkan pasir sedikit demi sedikit ke atas lantai? ya, betul, pasir akan membentuk suatu bukit pasir kecil. Jika kita terus menuangkan pasir, bukit pasir ini semakin lama semakin besar dan semakin tinggi. Ketika bukit pasir mencapai suatu ketinggian tertentu yang kita sebut ketinggian kritis, terjadilah suatu keanehan. Pada ketinggian kritis ketika kita menjatuhkan beberapa butir pasir, terlihat butir-butir pasir ini mengatur dirinya.

Pada kondisi kritis, proses pengaturan diri tidak hanya terjadi dalam diri satu individu saja, tetapi juga dalam diri individu-individu lain di sekitarnya. Kemudian individu-individu ini secara bersama-sama mengatur dirinya sehingga mem-brojol-lah (emerge) suatu situasi yang akan mengubah situasi kritis ini. Dalam fisika, proses pengaturan diri pada kondisi kritis dikenal sebagai fenomena kritis (critical phenomena).

Ketika air dipanaskan dalam kondisi normal, pada suhu sekitar 100 derajat celcius, air mulai mendidih. Pada saat mendidih, ketika air terus dipanaskan, perlahan-lahan air berubah wujud menjadi gas (uap air).
Namun, apa yang akan terjadi ketika air dipanaskan pada tekanan sekitar 218 kali tekanan udara normal?

Pada kondisi ini air tidak mendidih pada suhu 100 derajat celcius. Ketika air ini kita panaskan hingga mencapai suhu 347 derajat celcius, terjadilah keanehan. Air berada pada kondisi kritis, yaitu air mempunyai dua wujud cair dan gas secara bersamaan. Pada kondisi ini ketika suhu air dinaikkan sedikit saja, terjadilah proses pengaturan diri dalam molekul-molekul itu. Seluruh molekul air (tidak hanya satu, tetapi semua molekul) mengatur dirinya secara serentak lalu mengubah wujud air menjadi uap air.

Di sini kita lihat molekul-molekul air bekerja bersama-sama mengubah air dari kondisi cair menjadi kondisi gas. Jika hanya satu molekul saja yang bekerja, peristiwa perubahan wujud ini tidak akan terjadi. Kondisi kritis telah mendorong semua molekul untuk mengatur dirinya lalu mengubah air menjadi uap air. Saya namakan proses pengaturan diri secara bersama-sama ini dengan istilah MESTAKUNG, yang merupakan singkatan dari seMESTA menduKUNG. Bayangkan semesta ( dalam hal ini seluruh molekul air dan lingkungannya) bekerja bersama-sama pada kondisi kritis untuk mengubah situasi kritis ini.

Diantara kita mungkin ada yang bertanya, apa bedanya proses perubahan wujud (proses pendidihan) pada kondisi normal dengan proses perubahan wujud pada kondisi kritis, terjadi secara serentak dan tiba-tiba, hampir tanpa pengaruh dari luar. Semuanya digerakkan dari dalam diri tiap individu.

Mestakung juga terjadi ketika bahan magnet dipanaskan hingga suatu suhu kritis yang disebut Curie. Pada suhu kritis ini, ketika suhu magnet dinaikkan sedikit saja, terjadilah mestakung. Secara serentak seluruh komponen-komponen magnet dalam bahan ini bergerak sedemikian rupa sehingga sifat magnet dari bahan ini ilang. Bahan tersebut tidak mempunyai sifat magnet lagi. Cara menghilangkan sifat magnet dengan pemanasan ini berbeda dengan cara membanting-banting magnet. Cara kedua tidak melahirkan mestakung, karena sifat perubahannya lebih disebabkan gaya luar (tumbuhan dengan benda lain).

Mestakung tidak hanya terjadi pada gejala-gejala fisika saja, tetapi juga dalam berbagai gejala biologi, sosial, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Scott Camzine dkk, dalam bukunya Self Organizing in Biological Systems, membahas berbagai proses pengaturan diri dalam berbagai system biologi. Misalnya, bagaimana angsa-angsa terbang membentuk pola seperti huruf “V” ketika berimigrasi dari satu tempat ke tempat lain atau bagaimana sekelompok ikan-ikan secara bersama-sama berenang dan bereaksi terhadap bahaya. Gerakan teratur mereka secara bersamaan ini, berlangsung tanpa paksaan (tidak ada yang memaksa mereka bergerak secara serentak). Mereka melakukan itu karena dorongan dari dalam diri mereka sendiri.

Dalam bidang ekonomi, Didier Sornette dalam bukunya Why Stock Markets Crash, menguraikan bagaimana memodelkan kelakuan saham-saham ketika terjadi markets crash. Saham-saham secara serentak mengatur diri, sehingga mereka mampu bertahan (survive).

Dalam bukunya Critical Mass: How One Thing Leads to Another, Phillip Ball membahas beebagi peristiwa pengaturan diri dalam berbagai gejala sosial. Misalnya pada suatu pertujukan musik. Ketika pengunjung merasa puas dengan pertunjukan itu, mereka memberikan applause. Anehnya tepuk tangan para penonton terjadi secara serentak dan berirama. Seolah-olah terjadi proses pengaturan diri dari semua individu yang ada dalam ruang itu. Tidak ada yang memaksa mereka bertepuk tangan secara serentak dengan irama tertentu.

Contoh Mestakung
Gultom bercerita bahwa waktu kecil dia sangat nakal. Salah satu kenakalannya adalah mencuri mangga. Suatu hari, pemilik pohon mangga melihat Gultom sedang mencuri mangganya. Segera pemilik itu menyuruh anjingnya untuk mengejar Gultom. Gultom lari ketakutan. Tahu apa yang terjadi? Molekul-molekul dalam sel tubuh Gultom mengatur dirinya, mereka menghasilkan energy ekstra yang membuat Gultom mampu melompat setinggi 1,5 meter. Luar biasa, bukan? Dalam keadaan biasa Gultom tidak mampu melompat sedemikian tingginya. Namun ketika berada dalam kondisi kritis, terjadilah proses pengaturan diri yang menyebabkan Gultom dapat melepaskan diri dari kondisi kritis.

Teuku Alamsyah bercerita waktu kecil dia tidak pandai menyanyi. Dia sangat malu ketika disuruh menyanyi. Suatu saat kepala sekolah memanggil Alam kecil, yang waktu itu masih duduk di Sekolah Dasar, untuk mengikuti lomba menyanyi. Alam kecil sangat takut, keringat dingin mulai keluar. Ternyata, rasa takut ini memberikan dampak positif, Alam kecil terpacu untuk belajar menyanyi. Dia belajar dan belajar. Orang tua bahkan sekolahnya pun mendukung, tanpa paksaan. Akhirnya, ketika tiba saatnya bertanding, Alam kecil tampil sangat percaya diri dan tahu apa hasilnya? Alam kecil keluar sebagai juara menyanyi tingkat provinsi Aceh. Luar biasa…. Kondisi kritis menyebabkan pengaturan diri dalam diri Alam kecil dan lingkungannya. Inilah Mestakung yang membantu Alam kecil lepas dari kondisi kritis.

Joni seorang kepala cabang suatu bank yang ditargetkan mendapat dana segar dari masyarakat sebanyak 30 miliar setahun. Kalau gagal dia bisa dipecat. Joni tentu saja ketakutan. Dia pun berada dalam kondisi kritis. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pengaturan diri bukan saja dari dalam dirinya, tetapi juga dari saya, menanyakan kalau-kalau saya mau memindahkan deposito atau menabung di banknya.

Awalnya saya tidak berminat, namun melihat kesungguhannya, akhirnya seluruh deposito saya dipindahkan kepadanya. Joni juga sharing ke teman-temannya. Ajaibnya, teman-teman yang semula acuh, kini ikut-ikutkan sibuk dan membantu tanpa paksaan sehingga target 30 miliar ini bisa tercapai tepat pada waktunya, terlepaslah dia dari kondisi kritis. Inilah Mestakung.

Tugas prakarya Amir harus dikumpulkan besok pagi. Amir begitu stress karena belum mengerjakan apa-apa. Dia paksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Dia bekerja dan bekerja, sampai tidak tidur semalaman. Seluruh sel-sel tubuhnya, mulai dari kaki, tangan hingga otak, bekerja bersama-sama. Ajaibnya lagi, ayah, ibu, kakak, dan adik-adiknya tergerak membantu tanpa paksaan. Akhirnya pekerjaannya selesai juga. Mestakung terjadi lagi! Amir pun lepas dari kondisi kritis.

Peristiwa pengaturan diri ketika terjadi keadaan kritis seperti yang dialami Gultom, Teuku, Joni, Amir mungkin sering kali kita alami. Namun kita tidak menyadari bahwa inilah Mestakung.

Sumber : Prof. Yohanes Surya, Ph. D, Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia Olimpiade Fisika, Hikmah (Mizan Group), 2008
gambar: 1ms.net
Mestakung

Leave a Reply

Your email address will not be published.