Pemimpin Seperti Burung Elang
Tulisan dengan judul asli Pemimpin Seperti Burung Elang ini ditulis oleh Gede Prama dalam bukunya “Hidup Sejahtera Selamanya”.
Dulu, ketika ada orang yang bercerita bahwa hampir semua pemimpin duduk kesepian di puncak piramida, saya agak kurang percaya. Pasalnya, secara kasat mata kelihatan bahwa setiap pemimpin dikelilingi oleh banyak sekali pengikut. Di mana-mana muncul ia diikuti oleh banyak orang. Sekian tahun setelah menjadi konsultan banyak pemimpin perusahaan dan juga merasakan sendiri bagaimana kesepiannya saya di puncak piramida sebuah perusahaan swasta, terasa sekali kebenaran pernyataan di atas.
Ada banyak hal yang hilang begitu duduk di atas.
Tawa ria yang bebas, hubungan tanpa jarak, manusia-manusia yang tulus yang datang tanpa kepentingan, kebebasan dari politik perkantoran yang busuk, hidup dengan stress ringan, hanyalah sebagian kecil saja dari kemewahan hidup yang hilang.
Ketika hanya menjadi penasihat sejumlah pemimpin, saya bisa menasihati mereka dengan ringan, enteng dan jernih saya bisa menasehati mereka. Banyak klien yang bahkan mendekatkan anaknya ke saya, guna diberikan pencerahan berpikir ketika menjalani kesepian di atas. Namun, begitu duduk dan merasakan sendiri rasanya kesepian, baru terasa amat dalam substansi dari ide pemimpin yang kesepian di atas.
Ada kerinduan akan tawa yang bebas, tetapi saya tidak bisa melakukannya terlalu sering. Sebab menyangkut the power of execution. Ada niat untuk lari dari politik perkantoran, tetapi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena setiap pemimpin harus melakukan power games. Maunya memiliki stress yang ringan-ringan saja, namun di atas , hampir semua informasi hadir seperti teka-teki yang tidak saja mengasyikkan, tetapi juga membawa tekanan.
Ketika saya belum tahu wajah asli dunia pemimpin, saya sering mimpi untuk sampai di sana. Sekarang, ketika semua itu sudah menjadi keseharian, kadang saya rindu akan dunia orang biasa yang sederhana dan bersahaja. Ada kebahagiaan tersendiri ketika bercengkerama dengan tukang taman yang mengurus taman rumah, dengan satpam yang menjadi penjaga rumah, atau dengan pedagang skoteng yang kerap lewat di malam hari. Namun, bukankah daya radiasi hidup dan kehidupan pemimpin jauh lebih luas dari sekedar manusia biasa yang sederhana dan bersahaja.
Pertanyaan terakhir inilah yang memompa semangat saya untuk tegar kesepian di atas.
Lebih dari sekedar takut kesepian, pemimpin seyogyanya terbang seperti burung elang. Tinggi, sendirian, kesepian, namun memiliki helicopter’s view yang amat mengagumkan. Atau ibarat orang yang bangun di pagi hari sendirian, kemudian siap disebut aneh oleh semua orang ketika bertutur tentang apa yang terjadi di pagi hari.
Sebagaimana burung elang yang sebenarnya, ia memang tidak pernah terbang bersama-sama, namun penuh kebebasan.
Setiap kali saya mengambil keputusan penting, selalu saya usahakan untuk membayangkan diri terbang tinggi, dan bebas dari segala ketakutan termasuk dipecat besok pagi. Untuk kemudian, berusaha sekuat tenaga mengangkat dan menarik bawahan ke atas. Persis seperti magnet, untuk menarik logam yang berat, diperlukan tenaga yang amat kuat.
Stress, marah, tegang, kehilangan kawan, bahkan kadang frustasi adalah bagian dari tanda-tanda mulai terkuras habisnya tenaga untuk menarik orang-orang bawah. Apa pun harganya, ia mesti di bayar oleh setiap orang yang berani memutuskan diri hidup menjadi pemimpin.
Hanya dengan cara terakhir, daya radiasi pemimpin menjadi luas, dalam, dan panjang. Magnetnya akan menarik ke atas banyak orang. Standar kualitasnya diikuti.
Meminjam contoh cantik John Maxwell, pemimpin orkestra ketika bekerja harus membalik punggung di hadapan pengunjung. Ia membuat keputusan seorang diri –sekali lagi seorang diri. Ia tidak bisa hanyut dengan pengunjung, dan memperhatikan respons pengunjung terhadap cara dia memimpin. Bakti hidup dan perhatiannya tidak ditujukan untuk pengunjung, tetapi untuk bawahan-bawahan yang ia pimpin. Tepuk tangan penonton itu penting, tetapi bukan itu tujuannya. Tujuan utamanya, memimpin pemain orkestra secara amat cemerlang.
Untuk mencapai tujuan tadi, pemimpin memerlukan lem yang bisa mengikuti tanpa paksaan. Logika adalah salah satu perlengkapan dari lem tadi. Sehebat-hebatnya logika, dia tidak bisa mengalahkan hubungan dari hati ke hati.
Hubungan terakhir, mirip sekali dengan semen. Sekali merekat, susah sekali merobohkannya. Bedanya dengan logika yang boros sekali dengan kata-kata, hubungan dari hati ke hati tidak memerlukan terlalu banyak kata-kata. Setiap tambahan kata-kata hanya akan memperenggang hubungan. Namun, ia merindukan banyak tindakan. Lebih-lebih tindakan yang di bangun di atas ketulusan dan kemurnian.
Setiap tambahan tindakan tadi, di satu sisi memperkuat kekuatan daya tarik magnet pimpinan, dan pada saat yang sama memperingan gerakan orang bawah untuk di tarik ke atas.
Ada saatnya, ‘burung elang’ pemimpin akan terbang ringan, bebas dan sedikit hambatan. Dan ini sangat ditentukan pada daya rekat lem di atas.
Saya memang masih terbang berat dan memiliki cukup banyak hambatan. Namun, ada saatnya, ketika tabungan hubungan dari hati ke hati sudah memadai, ‘burung elang’ saya akan terbang bebas dan ringan.
Sama dengan burung elang yang sebenarnya, di titik ini, setiap hambatan tidak membuat daya jangkau terbangnya menyempit. Justru hambatan tadi seperti angin akan membuat burung elang terbang semakin jauh dan semakin jauh.
Sumber : Gede Prama, Hidup Sejahtera Selamanya, Elex Media Komputindo, 2000
gambar: superbwallpapers.com
Pemimpin Seperti Burung Elang