Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Persepsi dan Pengambilan Keputusan. Suatu saat di sebuah jalan raya, sebuah mobil melintas dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba dari arah kanannya sebuah sepeda motor melintas hendak mendahului. Yang tak disadari pengendara motor itu adalah dia tak cukup ruang untuk manuver. Dia harus segera mengarah ke kiri agar tidak terkena sambaran mobil dari arah lawan.

Segera dia arahkan motornya ke kiri, tetapi mobil yang didahuluinya tidak mengurangi kecepatan karena tidak tahu ada gerakan yang tiba-tiba. Akibatnya motor pun tersenggol mobil dan terjatuhlah sang pengendara motor. Supir mobil pun segera menginjak rem dan berhasil berhenti. Pengendara sepeda motor sedikit cidera. Sepeda motornya mengalami kerusakan kaca spion (patah) dan sisi kanannya penyok dan sedikit patah.

Banyak orang segera segera datang. Satu dua orang menolong sang pengendara untuk bangkit. Lainnya membawa motornya ke tepi jalan. Mobil pun menepi.

Seseorang bergumam: “Ini nih gara-gara ditabrak mobil itu.” Ucapan ini muncul tanpa didahului dengan memahami situasinya. Di mata orang awam, ucapan ini benar karena teknisnya memang sepeda motor berada di depan mobil saat terjatuh.

Tetapi, jika dipelajari baik-baik, kejadiannya bukanlah mobil menabrak sepeda motor itu. Melainkan terjadi senggolan oleh sepeda motor itu akibat hendak mendahului tetapi timingnya dan posisinya kurang tepat.

Itulah persepsi atau cara pandang, bahwa ketika terlihat sepeda motor terjatuh di depan mobil, maka mobillah yang menabraknya sehingga jatuh dan karena itu mobillah yang bersalah.

Apa itu ‘persepsi /cara pandang’? Adalah sebuah proses untuk memilih, mengorganisasikan, dan menerjemahkan informasi dari lingkungan sekitar. Dengan perkataan lain, cara pandang adalah ‘cara  melihat sesuatu atau mempercayai sesuatu sebagaimana yang dipahami.’

Dalam contoh kecelakaan di atas, persepsi yang terjadi adalah pengendara mobil yang menabrak sehingga pengendara mobil yang harus bertanggung-jawab.

Apakah pak Polisi bakal mempunyai pandangan yang sama? Tentu tidak sama. Petugas Kepolisian akan mempelajari dulu kejadiannya. Kedua pengendara akan ditanyai. Posisi sepeda motor akan ditinjau, juga posisi mobil. Kecepatan masing-masing kendaraan dicatat. Dan semua data dan fakta lapangan akan dipelajari oleh pak Polisi.

Sehingga pada akhirnya, kesimpulan pun dibuat.

Dalam kehidupan berorganisasi, baik di perusahaan maupun di organisasi Pemerintahan atau pun di organisasi nirlaba, pengambilan keputusan terjadi setelah pilihan-pilihan dipelajari. Pilihan-pilihan akan dipengaruhi oleh persepsi. Tetapi, persepsi tidak selalu benar dan karenanya harus dipisahkan antara persepsi dan fakta/data yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan keputusan.

Perilaku kita banyak dipengaruhi oleh persepsi kita. Padahal persepsi kita hanya gambaran dari kenyataan, bukan kenyataan yang aslinya. Jadi, gambaran dalam benak kita bisa salah, karena menyimpang dari yang aslinya.

Karena itu, persepsi harus tunduk pada prinsip. Misalnya, dalam contoh kecelakaan lalu lintas di atas, adalah persepsi sebagian orang bahwa “orang kecil harus dibela.” Prinsip yang dilanggar adalah “siapa yang bersalah, dia harus bertanggung-jawab.” Maka kesimpulan atau pengambilan keputusan terkait siapa yang bersalah, ditetapkan secara prinsip.

Cara pandang semestinya diperbaiki jika ada hal baru yang menggugurkan hal tersebut, sehingga muncul cara pandang baru yang telah direvisi. Misalnya, dengan contoh yang sama, bahwa “orang kecil harus dibela” merujuk pada nasib rakyat pada lapisan terendah yang sering dilupakan atau dikorbankan ketika ada konflik dengan orang penting. Hal ini semestinya tidak berlaku umum di mana “orang kecil” yang mengalami situasi tidak beruntung harus dibela atau dibantu. Ada kalanya “orang kecil” memang bersalah, dan karena harus menerima sanksi yang sesuai.

Kita perlu memahami tiga hal penting yang membentuk persepsi kita: diri sendiri, obyek, dan situasi. Yang menyangkut diri sendiri adalah motif, sikap, minat, pengalaman, dan harapan.

Sedangkan yang menyangkut obyek atau target adalah: hal-hal yang bersifat baru, suaran, gerakan ukuran, latar belakng, kemiripan, dan kedekatan. Adapun situasi, berkenaan dengan waktu, suasana tempat terjadi, dan situasi sosial.

Menyadari berbagai hal-hal yang dapat mempengaruhi kita itulah yang penting disadari mengapa tidak selalu persepsi kita benar. Dan penting untuk selalu memperbaiki persepsi. Sampai nanti persepsi kita dengan cepat membantu kita mendapatkan intuisi, Sekaligus dengan itu sampai pada pengambilan keputusan yang tepat.
sumber gambar: abetteryoucentre.ca

Older Post
  1. Uvgri setiawan 5 April 2020, 7:09 am

    Seharus nya kita di jalan harus hati hati dijalan raya jika terjadi kecelakaan hendak nya persepsi kita sebagai yg melihat nya bukan saling menyalahkan kita hendak nya mencari jalan keluar secara damai karna setiap manusia tidak menginginkan kecelakaan selagi pelaku ny sadar dan tidak menggunakan narkoba….

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.