Ujian Hidup

Ujian Hidup

 

Ujian hidup. Konon kabarnya menurut para ahli, mutiara yang mahal itu berasal dari masuknya sebutir pasir ke dalam tiram yang terbuka. Pasir yang masuk ini ternyata menimbulkan sakit yang luar biasa sehingga untuk menahan rasa sakit tersebut sang tiram membungkus pasir tersebut dengan ‘air liurnya’ terus menerus selama bertahun-tahun. Sebutir pasir yang dibungkus itu secara tidak sadar telah menghadirkan mutiara yang indah dan mahal harganya.

Terkadang, hidup ini perlu merasakan rasa sakit dan ujian bahkan jatuh hingga ke titik nol untuk menemukan esensi nilai hidup itu sendiri. Billy PS Lim dalam bukunya Dare to Fail mengatakan bahwa banyak orang menterjemahkan ujian dan penderitaan sebagai suatu bagian dari kegagalan hidup. Itulah sebabnya ia mengatakan “No failure, only success delayed” (Tidak ada kegagalan melainkan hanya sukses yang tertunda).

Socrates pernah berkata hidup yang tidak teruji – tidak ada ujian  adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Hanya ada satu tempat di dunia ini yang mana manusia terbebas dari segala ujian hidup, yaitu kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia itu masih hidup adalah ketika ia mengalami ujian, kegagalan dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal dari pada tidak tahu mengapa kita berhasil.

Seorang profesor pernah menerangkan bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan. Karena berat jenis perak cukup besar maka ketika dipanaskan dia akan turun dan kotorannya naik. Saat inilah, kotoran-kotoran yang sudah naik tersebut disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama maka perak tersebut dicairkan kembali untuk disaring kedua kalinya. Hal dilakukan berulang kali untuk mencapai kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni, tinggal menyisihkan kotoran kotoran halusnya saja.

Alhasil, setelah melalui berkali-kali proses pembersihan, perak itu bisa begitu cemerlang bagaikan cermin. Padahal, ketika masih kotor betapa sulitnya untuk bercermin di perak tersebut. Dari sana dapat kita ambil hikmah, bahwa ketika “kotoran hidup” (karakter, watak dan kebiasaan negatif sulit lekang walaupun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkannya), maka kita perlu tampaknya masuk ke dalam api ujian agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.

Bagaimana memaknai setiap ujian menjadi sangat berarti bagi kita untuk meraih dan menikmati hikmahnya. dalam The Bamboo Oracle dikisahkan bagaimana pohon bambu yang hidup enak dalam rumpunannya terpaksa harus ditebang dan menderita rasa sakit ketika dipotong-potong. namun, sang bambu akhirnya mengerti setelah dia tahu bahwa dirinya dipergunakan sebagai saluran air bagi masyarakat, obor, kentongan dan lemang. Rasa sakitnya ternyata bermakna untuk kebahagiaan orang lain. Mungkin juga ujian hidup yang tengah kita alami saat ini memberi jalan amal bagi kebahagiaan orang lain.

Itulah sebabnya seorang sufi pernah mengajarkan bahwa ketika ujian datang, jangan berdoa kepada Sang Pencipta supaya ujian itu berlalu, melainkan berdoalah,”Wahai, yang Maha Pencipta, Berilah kekuatan kepadaku untuk melalu dan menghadapi ujian ini.”

Selamat merenungkan dan meraih makna hidup melalui ujian hidup

sumber: Parlindungan Marpaung, Setengah Isi Setengah Kosong, MQS Publishing
gambar: paramahamsachidananda.org

Leave a Reply

Your email address will not be published.