Menanti Kepak Kupu-kupu. Niat baik Dewi untuk membantu kupu-kupu, justru malah menjadi petaka. Serangga itu tak mampu mengepakkan sayap indahnya untuk menjelajah cakrawala. Dalam dunia kerja, seringkali tanpa disadari sering kita membuat rekan kerja ‘lumpuh’ sebagaimana si kupu-kupu hanya karena kita ‘membantu’ mereka.
“Hiiii…!” seru Dewi sambil bergidik dan menggaruk badannya yang tak gatal ketika melihat kepompong yang tergantung di daun pohon jeruk. Benda itu mengingatkannya pada ulat hitam yang merayap ditubuhnya sewaktu bersantai di taman kampus tiga bulan lalu. Sejak itu Dewi selalu geli bila melihat ulat, termasuk kepompong.
Namun kali ini ia tak kuasa menahan rasa penasaran saat mendapati seekor kupu-kupu hendak keluar dari kepompong tersebut. “Fantastis!” ujarnya saat melihat kepala kupu-kupu muncul dari lubang kecil di ujung kepompong. Ketertarikan itu seolah melupakan perasaan geli yang ia rasakan.
Beberapa saat kemudian ia melihat kupu-kupu itu berjuang keras melewati lubang kecil kepompong. Waktu berlalu tapi usaha kupu-kupu itu tak membuahkan hasil. Tak tega melihat kupu-kupu itu kesusahan, Dewi memutuskan untuk menolong hewan itu. Dia beranjak ke dalam rumah dan kembali dengan membawa gunting. Dengan hati-hati diguntingnya kulit kepompong itu.
“Horee…!” Teriaknya senang ketika melihat binatang itu dengan mudahnya keluar dari kulit kepompong yang telah di gunting. Tapi, kegembiraannya itu hanya sesaat. Sayap indah yang diharapkan mengembang malah mengkerut. Tubuh kupu-kupu pun menggembung tak seimbang dengan sayapnya yang terus mengecil. “Ayo sayap, keluarlah”, kata Dewi prihatin.
Dewi berharap sayap-sayap itu mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu . Namun semuanya tidak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak dengan tubuh gembung dan sayap-sayap yang mengkerut. Kupu-kupu itu tidak pernah bisa terbang.
Kepompong yang menghambat dan adalah ‘langkah’ agar cairan di dalam tubuh kupu-kupu mengalir ke sayap-sayapnya agar bisa mengembang dan tubuhnya mengecil. Sehingga saat kupu-kupu keluar dari kepompong, ia siap terbang.
Pembaca yang budiman, seringkali di kantor kita tak tega melihat rekan kerja atau bawahan yang mengalami kesulitan saat bertugas. Dalam kondisi ini jangan buru-buru membantu bila tidak diminta. Bantuan itu justru dapat menjadi bumerang! Selain tidak berkembang dan inovatif, bisa-bisa mereka akan selalu mengandalkan orang lain untuk merampungkan masalah.
Yakinlah, mereka professional di bidangnya. Walaupun kita lebih senior, belum tentu kita lebih berpengalaman, apalagi bila bidangnya memang berbeda dengan kita. Biarkan mereka menyelesaikan kesulitan yang dihadapi dengan caranya. Biarkan pula sayap-sayap yang indah tumbuh dengan alami agar mereka bisa terbang menjelajah cakrawala.
Sumber: Majalah Aeroinfo, Edisi 08, tahun 2010.
Gambar: kupu-kupu
Menanti Kepak Kupu-kupu