Self Coaching. Adakalanya dalam hidup ini baik dalam kehidupan personal dan profesional, ada hal-hal yang menurut pertimbangan kita kurang pantas jika diungkapkan ke orang lain. Bisa jadi itu karena:
1. Hal itu termasuk dalam ranah pribadi. Sangat pribadi menurut kita, yang kalau diungkapkan akan membuat diri kita – dalam bahasa umum – tidak nyaman. Topiknya bisa macam-macam, baik keilmuan atau pun perasaan yang dipendam berkilo-kilometer di dasar bumi..
2. Topiknya menyangkut orang lain. Tentu saja orang itu bukan orang sembarangan di mata kita. Dia “seseorang” yang kalau kita “buka” – meski dengan tidak sengaja – dalam koridor coaching, kalau orangnya tahu… wah.. bisa berabe.
3. Topiknya terlalu receh. Bisa-bisa nanti diketawain dan merusak reputasi tidak hanya diri sendiri, tapi juga perusahaan/ institusi yang kita wakili.
4. Kita ingin melatih diri sendiri untuk mengembangkan kemampuan self-coaching. Mungkin selama ini kita sudah menjadi coach buat orang lain, tapi belum pernah dilatih efektivitasnya untuk diri sendiri. Nah, sekaranglah saat yang tepat untuk memulainya.
5. Mau mengukur seberapa dekat situasi kita saat ini terhadap goal kita. Satu hal yang terkadang terlewat dari pembuatan goal adalah kita tidak tahu sedang di mana saat ini. Bagaimana kita akan naik pesawat menuju Jakarta sementara kita sendiri saat ini berada di Karawang? Walau pun bisa, tapi perlu merubah titik saat ini, mungkin tidak lagi dari Karawang tapi dari Semarang atau Jogja. Setidaknya menyadari bahwa saat ini sedang berada dimana. Pada situasi ini diperlukan kesadaran yang tinggi.
6. Mau mengukur sampai sejauh mana mindset dan kualitas kita terhadap pencapaian goal tersebut. Jangan-jangan mindset dan kualitas kita yang salah selama ini. Terkadang kita berharap hasil yang berbeda dengan melakukan cara yang sama. Tentu hal ini tidak mungkin terjadi. Seperti kata Einstein, untuk mendapatkan hasil yang berbeda maka perlu memiliki cara yang berbeda atau merubah caranya. Sama halnya dengan why nomer 5, why no 6 ini memerlukan kesadaran tinggi. Selain ke enam alasan tersebut, mungkin Anda punya alasan sendiri mengenai hal-hal apa yang menurut pertimbangan lebih enak diselesaikan sendiri?
Mencari solusi sendiri itu bukan perkara receh. Apalagi jika kita tidak bisa membaginya ke orang lain. Eh, ‘masalah’ gak selalu negatif lho ya. Bisa juga upaya kita untuk lebih naik kelas. Tetapi ya itu tadi, kembali ke batasan-batasan yang kita miliki sehingga enakan diselesaikan sendiri. Karena itu kita perlu metode. Apa itu? Salah satunya: self-coaching.
Self-coaching dalam bahasa sederhana adalah “melakukan coaching kepada diri sendiri.” Manfaatnya sama dengan coaching yang dilakukan bersama orang lain. Secara umum, jika dalam proses coaching seorang coach membantu coachee untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan berpikir kreatif, menemukan ide-ide baru, menemukan alasan / motivasi melakukannya, memproyeksikan keadaan yang lebih baik di masa depan (apa pun statusnya hari ini) dan membuat rencana mencapainya, maka self-coaching juga seperti itu, cuma untuk diri sendiri. Selain itu juga bisa membantu menyadari seberapa berkualitas kita dan seberapa bertumbuhnya kita.
Jangan-jangan selama ini kita berharap mencapai goal atau solusi hanya dengan rebahan. Dengan menyadari kondisi tersebut semoga kita akan tahu besarnya potensi yang ada dalam diri.
Bagaimana cara melakukan self-coaching? Ada beberapa rujukan yang bisa dipilih kalau kita googling. Masing-masing dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
Tetapi secara umum ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan ketika kita melakukan self-coaching.
Bersambung..
Diambil dari Buku: Self-Coaching, Upgrade Dirimu Jadi Baru. Penulis: Iwan Pramana, M Nur Fannie Prasetyo.