Memberhentikan Karyawan. Jangan pernah mentoleransi orang yang kinerjanya selalu dibawah standar. Lebih baik memberhentikan orang ini daripada membiarkan pelanggan memutuskan hubungan dengan kita.
Tidak ada yang suka memberhentikan karyawan, namun terkadang hal ini harus dilakukan. Ada saat-saat dalam karier seseorang di mana ia harus memberhentikan karyawan yang tidak baik kinerjanya. Anda tidak bisa membiarkan orang lain menanggung risiko karena Anda mentoleransi seseorang yang kinerjanya tetap di bawah standar yang bukan saja dapat membahayakan reputasi perusahaan di mata pelanggan, tapi juga komitmen Anda pada pemegang saham. Jika anggota tim selalu gagal menjalankan tugasnya guna memberikan kontribusi atau mencapai standar yang telah disepakati, ia terpaksa harus diberhentikan.
Dalam dunia yang sangat kompetitif, selalu ada pemenang, juara dua, dan orang di posisi ketiga. Orang ini biasanya bisa bertahan. Namun, selalu ada minoritas kecil yang selalu tidak bekerja dengan baik, meski pun mereka sudah berjanji dan tidak peduli seberapa besar dorongan yang diberikan oleh pemimpin tim pada mereka, kinerja mereka belum juga membaik. Orang semacam ini dapat menyita banyak waktu dan energi atasannya. Jack Welch menjalankan proses ini layaknya sebuah seni, memerintahkan para manajernya setiap hari untuk mencari karyawan yang paling tidak baik dan memecat mereka. Pendekatan ini kejam dan kontroversial, tapi General Electric mencapai hasil yang baik selama 20 tahun masa kepemimpinannya.
Memang menyenangkan untuk berbuat baik pada orang, tapi ada saatnya pemimpin tim harus mempersiapkan diri memanggil orang yang kurang baik kinerjanya ke dalam ruangan, dan mengatakan, “Cukup sudah, batasnya sudah terlewati, Anda tidak dapat menjalankannya meski sudah diberikan cukup kesempatan, kini saatnya Anda berhenti.”
Anda dapat membuat proses memberhentikan orang ini menyenangkan, dengan memberikan mereka cek dan bahkan mengatakan hal-hal baik dalam surat referensi, namun akhirnya Anda harus tegar untuk bertahan sebagai atasan. Jika tidak, Anda selaku pemimpin akan membiarkan seseorang dengan kinerja buruk menarik keseluruhan tim ke jurang. Sebagai pakar investasi, Jim Slater mengatakan beberapa tahun yang lalu, “Seseorang harus bengis dalam memutuskan sekaligus penuh perasaan dalam mengeksekusi keputusan itu – yaitu ketika kita harus memberhentikan karyawan.”
Pemberhentian karyawan pada dasarnya dapat memotivasi, tidak hanya untuk anggota tim lainnya yang tetap bekerja, namun juga bagi orang yang terkena pemberhentian. Seperti yang dikatakan seseorang ketika ia diberhentikan oleh sebuah organisasi, “Saya tidak ingin bekerja untuk perusahaan yang memberhentikan saya.”
Banyak orang yang kembali bergairah setelah pemberhentian yang simpatik dari sebuah pekerjaan karena mereka tidak mau mengakui bahwa mereka layak diberhentikan. Saya tidak menyarankan pemimpin tim untuk menjalankan upacara tahunan guna mengeluarkan orang yang berkinerja buruk. Bagaimanapun, saya merekomendasikan agar atasan memperhatikan sinyal bahwa awal dari orang yang berkinerja buruk dan segera bertindak, segera melakukan usaha pemulihan, agar kondisi dapat diperbaiki. Tetapi, memecat jika memang sudah tidak dapat diperbaiki. Kesalahan yang tidak dapat dicegah akan terjadi dan dapat membuat orang lain jadi ikut dipecat. Tidak ada gunanya menuntut perusahaan dalam situasi seperti ini.
Penting sekali menekankan kepada semua anggota tim bahwa Anda akan adil pada setiap orang mengenai standar kinerja. Dan seorang atasan yang baik akan sepakat dengan timnya mengenai apa yang dianggap kinerja buruk dan di mana garis batasnya yang disebut dengan kinerja baik. Setiap orang harus memahami di mana garis batas antara keduanya.
Sumber: David Freemantle, The Biz: 50 Little Things that Make a Big Difference to Team Motivation & Leadership
gambar
Memberhentikan Karyawan