Komunikasi dalam presentasi dibagi dua yaitu: yaitu Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Sebenarnya pembagian ini secara umum, namun di sini kita hanya akan membahasnya dalam ruang lingkup presentasi.
A. Komunikasi verbal adalah segala bentuk komunikasi dengan lisan dan tulisan. Berbincang santai, membaca, menulis adalah contoh komunikasi verbal. Catatan: Di beberapa literatur, komunikasi tertulis dikategorikan sebagai jenis komunikasi ketiga selain lisan dan tulisan. Dalam presentasi, komunikasi ini tercermin dalam kata kata yang kita gunakan untuk berkomunikasi dengan audience.
Dalam presentasi, kegunaan komunikasi verbal secara umum dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
- Menyampaikan informasi kepada audience (dalam bentuk paparan). Contoh: “Hari ini saya akan menyampaikan informasi mengenai hubungan kemacetan lalu lintas dan panjang jalan.”
- Mengklarifikasi informasi yang berasal dari audience (dalam bentuk bertanya kembali / paraphrasing). Contoh: “Jadi seperti yang ibu sampaikan tadi bahwa ada orang yang tiba-tiba mengirim WA ke ibu dan minta pulsa, begitu?”
- Menggali informasi yang diperlukan (dalam bentuk pertanyaan). Contoh: Bisakah bapak memberi contoh mengenai aplikasi materi ini dipekerjaan bapak sehari-hari?”
- Meyakinkan audience (dalam bentuk memberi jawaban). Contoh: “Jadi, dari semua fakta yang ada, ternyata penyebabnya hanya satu, yaitu kegagalan berkomunikasi.”
B. Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata tetapi menggunakan simbol-simbol seperti: gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, termasuk penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan penampilan secara umum.
Pada tahun 1971, Albert Mehrabian, (Guru Besar Emeritus Psikologi UCLA), melakukan studi mengenai komunikasi dan menghasilkan dua kesimpulan:
1. Ada tiga komponen dalam komunikasi langsung (tatap muka) yaitu:
- Kata-kata (verbal)
- Intonasi (vocal)
- Bahasa tubuh (visual)
2. Elemen non verbal yang sangat penting untuk mengkomunikasikan perasaan dan sikap, khususnya ketika terjadi ketidakselarasan bila kata dan bahasa tubuh tidak sesuai, maka orang akan lebih condong percaya pada bahasa tubuh. Mengapa? Karena menurutnya, ketiga elemen ini memiliki bobot yang berbeda-beda ketika menyampaikan pesan. Verbal 7%, vokal 38%, dan visual 55%.
Contoh: Ketika seorang fasilitator bertanya kepada seorang peserta yang sedari tadi sibuk sendiri, “Pak, apakah Bapak sudah lebih memahami yang saya sampaikan?” Kemudian sambil terkejut dan menggaruk kepala ia berkata,”Sudah pak.”
Makna dari kata-katanya menyatakan ia sudah memahami. Namun, bahasa tubuhnya menunjukkan ia tidak yakin. Maka dalam kasus ini yang dijadikan patokan adalah bahasa tubuhnya, bukan kata-katanya karena pesan visual (bahasa tubuhnya) mewakili 55% dari keseluruhan pesan yang disampaikan baik verbal maupun non verbal.
gambar: freepik