KH Ahmad Dahlan adalah pendiri organisasi kemasyarakatan (ormas) Muhammadiyah. Nama aslinya adalah Muhammad Darwis yang dilahirkan pada tanggal 1 Agustus tahun 1868. Ayahnya, KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan juga seorang khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta.
Sejak kecil ia mendapatkan pendidikan di lingkungan pesantren. Saat usianya 12 tahun, ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah berhaji, ia tidak pulang, tetapi untuk menimba ilmu agama dan bahasa Arab selama lima tahun. Ia anak ke empat dari tujuh bersaudara.
Di tahun 1888, di umur 20 tahun, saat pendidikannya usai, KH Ahmad Dahlan kembali ke Indonesia dengan nama baru Haji Ahmad Dahlan. Saat itu, pemberian nama baru sepulang ibadah haji adalah lumrah. Ini merupakan suatu kebiasaan dari masyarakat Islam Indonesia yang selalu mendapat nama Islam sebagai pengganti nama lahir. Ia lalu diangkat menjadi Khatib Amin di lingkungan Keraton Kesultanan Yogyakarta. Kiai Dahlan suka membaca. Ia banyak membaca kitab-kitab klasik dan juga kitab-kitab kontemporer. Ia dikenal tekun mengkaji Tafsir Juz Amma, Tafsir Al-Manar, dan majalah Al-Manar. Juga, majalah Al-‘Urwatul Wutsqa yang dikelola Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Ada lima karakter KH Ahmad Dahlan yang perlu diikuti menurut Prof Malik Fadjar, yaitu:
Smart (Cerdas). Ia tidak hanya sebatas pintar tapi juga cerdas (smart). Kecerdasan itu teruji saat ia mengajar pendidikan agama di sekolah milik Belanda. ia menggunakan metode dan strategi pendekatan pembelajaran agama yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan cara ini siswa yang diajarkan sangat sangat senang dengan caranya mengajar.
Hard worker (Pekerja Keras). Muhammadiyah tumbuh berkembang sampai usia ke-109 tahun, sangat dipengaruhi karakter kerja keras (hard woker) KH Ahmad Dahlan. Karakter ini terbawa sampai detik-detik akhir kehidupannya. Sekalipun dokter menyarankan untuk beristirahat karena penyakit yang dideritanya, namun ia tetap tekun bekerja dan berdakwah sampai ajal menjemputnya.
Brave (Berani). Sosok KH Ahmad Dahlan dijuluki kyai pemberani (brave person). Julukan berani ini muncul karena ia memiliki visi hidup yang jelas dan prinsip perjuangan yang sangat kuat. Satu langkah pun ia tak akan mundur ketika perjuangannya dirintangi. Saat diancam agar tidak datang untuk berdakwah ke suatu tempat, Ia malah tetap hadir.
Optimistic (Optimis). Karakter yang luar biasa dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah berikutnya adalah optimis. Ia selalu berpandangan baik dan optimis dalam menatap masa depan. Di matanya masa depan itu indah, banyak peluang dan terbentang luas untuk beramal shaleh.
Innovation (inovasi). Ia memiliki karakter hebat yang jarang dimiliki kiai pada umumnya yaitu selalu menampilkan ide cemerlang, karya besar, produk beda, metode, cara dan gaya yang baru (innovation). Idenya selalu up date dengan situasi dan kondisi.
Di tahun 1902, ia kembali berangkat haji dan belajar agama di Mekkah hingga tahun 1904. Sepulangnya dari Mekkah ia lalu menikah dengan sepupunya, Siti Walidah. Di tahun 1912, ia mendirikan organisasi Muhammadiyah. Organisasi keagaamaan ini terus berkembang hingga kini. KH Ahmad Dahlan wafat pada 23 Februari 1923 di usia lima puluh tiga tahun dan dimakamkan di pemakaman Karang Kajen, Yogyakarta.