Kehandalan atau dalam bahasa Inggrisnya “reliable” adalah salah satu dari empat perilaku pimpinan puncak perusahaan, menurut Elena Botelho dan Kim Powell. Salah satu perwujudan kehandalan seorang pemimpin adalah dalam proses organisasi yang konsisten. Berikut ini kisah Simon Castellanos (kliennya Botelho dan Powell) yang semula kebijakannya ditanggapi dengan sinis tapi belakangan diterima karyawan sehingga perusahaannya mencapai sukses.
Simon bergabung dengan perusahaan bernama Fresenius Medical Care yang bergerak di bidang layanan pencucian darah, mulanya dalam jabatan Vice President. Belakangan dia diangkat sebagai orang nomor 1, sebagai Presiden.
Perusahaan itu mempunyai bisnis atau revenue sebesar US$ 470 juta yang kalau dirupiahkan dalam kurs Rp 14.000 per dollar, setara dengan Rp 6,58 triliun rupiah. Tetapi perusahaan dalam kondisi yang memprihatinkan. Dibandingkan pesaing-pesaingnya, prestasinya buruk. Karyawan yang pergi (resign) jumlahnya lebih banyak dari rata-rata perusahaan yang sejenis.
Setelah mempelajari situasinya, Simon memutuskan untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dalam pekerjaan mereka. Caranya adalah setiap orang harus membuat laporan kerja secara harian dan mingguan. Isinya melaporkan hal-hal yang selesai dikerjakan dan hal-hal yang berkaitan dengan pihak lain seperti kepuasan pasien. Dengan cara ini, akan diketahui apa yang sudah terjadi dan apa yang belum terjadi (karena tidak ada di laporan) yang dapat mengindikasikan kemungkinan penyimpangan.
Para karyawan merasa tidak senang dengan kebijakan baru dari pimpinan ini. Mereka enggan menjalankannya dan ada rasa tidak kurang percaya pada pimpinan. Ada yang mengtakan: “Kita sudah berganti Presiden tiga kali sebelum ini, kenapa harus mematuhi yang ini?”
Tetapi Simon tetap maju menjalankan kebijakannya. Dalam setiap kesempatan rapat dan komunikasi, dia selalu mengingatkan. Setiap minggu dia mereview hasilnya dari semua wilayah. Jika ada wilayah yang kurang berprestasi akan segera dibantu. Simon melakukan apa yang disebut “meet, measure, tweak,” yang maksudnya “bertemu, mengukur, memperbaiki.”
Jika ada gagasan dari karyawan maka Simon menyimak. Setiap gagasan yang bagus segera diterapkan. Lambat laun, para karyawan melihat keseriusan pimpinan. Mereka melihat konsistensi. Lama kelamaan, inisiatif yang digerakkan Simon mulai membentuk pada perilaku karyawan dan menjadi komitmen.
Setelah konsistensi atas proses pelaporan yang berjalan dua tahun (dengan segala ikutannya seperti perbaikan dan tindak lanjut) hasilnya mulai Nampak. Semula Fresenius Medical Care berada di urutan kedua dari bawah dalam grup perusahaan, kini mejadi yang pertama dengan keuntungan terbesar.
Karyawan yang tadinya banyak ‘hengkang’ meninggalkan perusahaan sampai pada tingkatan 30%, kini turun ke level yang sama dengan rata-rata industry, yaitu 19%.
Itu semua karena konsitensi dari perilaku Simon yang membuat para karyawan terlibat (engaged) secara konsisten. Para karyawan menjadi paham dengan jelas apa yang diharapkan perusahaan dari diri mereka dan dalam hal apa mereka harus fokus, serta mampu bersikap konsisten dalam pekerjaan untuk memastikan terjaganya kualitas. Dan hasil capaian kinerja perusahaan pun tak diragukan lagi menjadi bukti sukses mereka.
Kehandalan adalah salah satu dari empat perilaku yang dapat mengantarkan orang biasa menjadi pemimpin kelas dunia. Itu merupakan temuan dari dua orang konsultan, Elena L. Botelho dan Kim R. Powell yang melayani pemimpin agar mereka sukses dalam jabatan kepemimpinan mereka. Lengkapnya, keempat perilaku itu adalah: pengambilan keputusan yang cepat, engage for impact (melibatkan orang untuk mencapai hasil), relentless reliability (kehandalan yang tak kenal lelah), dan adapt boldly (menyesuaikan diri secara total). Temuan itu mereka tuangkan ke dalam buku yang berjudul “The CEO Next Door.”
Hendri Ma’ruf / hendrimaruf@gmail.com
Sumber ilustrasi: