Iconoclast. Profesor Gregory Berns, seorang pakar dalam bidang neuroeconomics menjelaskan definisi iconoclast dalam bukunya dengan judul yang sama sebagai “a person who does something that others say can’t be done” (orang yang melakukan sesuatu yang orang lain katakan tidak bisa dilakukan).
Tentu saja definisi ini sangat berbeda jauh bila kita melongok ke dalam kamus di mana iconoclast didefinisikan sebagai seseorang pemberontak, pembangkang, radikal yang suka menghancurkan / merusak keyakinan orang lain yang berbasis takhayul. Kini, iconoclast identik dengan para inovator yang berfikir out of the box dan membuat perubahan besar dalam kontribusinya membuat kehidupan yang lebih baik. Menurut Profesor Berns, ada tiga hal penting dari pemikiran para iconoclast (inovator) ini sehingga mereka bisa melakukan sesuatu secara berbeda, yaitu:
1. Perception. Para iconoclast melihat sesuatu dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Dan hal ini tidak mudah dilakukan karena cara pandang ini ternyata berhubungan erat dengan fungsi organ kita yang sangat penting, yaitu otak. Otak kita, menurut Berns, adalah organ yang sangat-sangat efisien sehingga ia menyebutnya dengan ‘malas’. Kemalasan ini sangat berhubungan erat dengan cara kita menafsirkan sesuatu. Ia selalu menghubungkan hal yang kita lihat, dengar, rasa dengan pengalaman terdahulu yang pernah kita dapatkan. Di satu sisi ini sangat positif karena kita mempunyai ‘referensi’ bila kita terlibat dalam masalah yang membutuhkan keputusan yang cepat karena kita mempunyai memori berupa pengalaman atau paling tidak pengalaman yang bisa dihubungkan dengan masalah yang kita hadapi sekarang. Namun, di sisi lain, hal ini membuat kita menjadi sulit untuk melihat sesuatu secara berbeda. Karena otak sangat efisien sehingga kita akan kesulitan untuk melihat sesuatu secara berbeda karena otak telah ‘memberikan’ beberapa gambaran dari bank memori kita.
Contoh: pada gambar dibawah ini dapatkah Anda melihat ada ‘segitiga imaginer’ diantara tiga ‘pacman’?
Kanizsa-triangle
Walaupun segitiga ini tidak ada, namun otak kita ‘memberi pertunjuk’ bahwa ada segitiga putih yang ada ditengah-tengah gambar. Jadi, menurut Anda mana yang lebih nyata? Pacman atau segitiganya?
Secara teknis, seorang iconoclast tidak melihat hal yang berbeda dengan yang dilihat orang lain, namun ia mempersepsikannya secara berbeda apa yang dilihatnya.
Di buku tersebut disebutkan ada seorang iconoclast yang bernama Dale Chihuly, seorang seniman gelas kaca yang justru baru melihat ‘hal baru’ setelah sebelah matanya tidak dapat melihat. Ia justru mengalami perubahan paradigma yang luar biasa setelah melihat dengan satu mata! Chihuly adalah seorang seniman gelas di mana hukum utama yang berlaku di pekerjaannya selama beratus tahun adalah: karya gelas yang paling hebat dan sempurna adalah yang simetris. Namun ia membuat sesuatu yang berbeda.
2. Fear Response. Takut adalah ibu dari segala stress. Takut dimarahi bos, takut terlambat, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan lain-lain. Walaupun belum tentu terjadi, takut adalah hal kedua setelah Persepsi / paradigma yang memegang peranan penting untuk menjadi seorang iconoclast. Karena rasa takut juga orang menjadi takut untuk melakukan sesuatu, takut untuk mengutarakan sesuatu, takut mengambil resiko (risk aversion) sehingga hal-hal baru yang luar biasa menjadi hilang bersama waktu yang berlalu.
Anda pasti akrab dengan cerita “Pakaian Baru Sang Raja”? Dikisahkan bahwa Sang Raja bosan dengan pakaiannya yang biasa-biasa saja sehingga kemudian mengadakan sayembara untuk membuat pakaian yang luar biasa. Kemudian diundanglah para pembuat pakaian yang paling hebat dari seantero negeri untuk membuat pakaian raja yang baru. Yang menang adalah dua orang penipu dengan desain “baju yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang cerdas”. Padahal, tidak ada selembar benang emas yang dijahit. Tidak ada apa pun yang dikerjakan. Ketika masa pembuatan raja mengutus perdana menteri untuk melihat sampai di mana perkembangannya. Namun, karena sang perdana mentri takut di bilang bodoh, maka ketika ia melihat “baju baru raja” yang tidak dapat dilihatnya, ia bilang, ia melihat baju yang bagus.
Kehebohan timbul ketika raja memamerkan baju barunya keliling kerajaan saat ada anak kecil yang polos dan lugu dan berteriak “Raja telanjang!”
3. Social Intelligence
Ini adalah kemampuan ketiga yang penting untuk dimiliki, yaitu: bisa menjual gagasan kepada orang lain. Banyak ide brilian yang tinggal ide dan tidak laku karena gagal di jual dipasaran. Untuk itu ada dua hal penting yang perlu di garis bawahi untuk menjadi iconoclast. Pertama: familiarity. Kedua: reputation. Kedua hal ini yang bisa membuat apa yang kita hasilkan dapat diterima di masyarakat luas. Kedua hal ini juga yang menjelaskan mengapa program antariksa membawa penumpang komersial Richard Branson laris manis, mengapa produk dari Apple dengan harga yang lebih mahal dari yang lain selalu diserbu pasar.
sumber: Gregory Berns, Iconoclast, Harvard Bussiness Press, 2010
pic:Kanizsa Triangle, anniejenningspr.com
iconoclast