
Ciri-ciri Pemimpin Toxic.
Jika Anda merasa takut untuk pergi bekerja, merasa tidak lagi dihargai atasan, sering terjebak dalam drama di tempat kerja, hanya mendapatkan informasi terkait pekerjaan melalui rumor atau gosip, serta terus menerus merasa stres atau tertekan baik secara psikologis maupun fisik, mungkin Anda bekerja di lingkungan yang toxic atau beracun.
Apa yang menjadi penyebab lingkungan kerja Anda menjadi toxic? Ada beberapa penyebabnya. Mungkin salah satunya adalah karena pemimpin yang toxic.
Jadi, seperti apa ciri-ciri pemimpin toxic itu? Ada banyak aspek seorang pemimpin bisa dikatakan toxic. Jika ia menunjukkan satu atau beberapa saja dari aspek tersebut, maka ia sudah bisa disebut sebagai pemimpin yang toxic atau beracun.
Cara termudah untuk menemukannya adalah dengan melihat apakah pemimpin tersebut menunjukkan perilaku yang kasar atau sebaliknya saat sedang mengawasi seorang karyawan. Seorang pemimpin yang kasar akan sering meremehkan, merendahkan, mengejek, menyalahkan, hingga berbohong kepada karyawannya. Perilaku pemimpin yang seperti ini tidak hanya mengganggu kinerja, komitmen terhadap organisasi, serta keterlibatan kerja karyawan, tetapi juga dapat merusak kesehatan mental dan fisik seorang karyawan dalam jangka waktu yang panjang.
Apa saja tipe pemimpin yang toxic itu?
- Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan Laissez-faire juga bisa dikatakan pemimpin yang beracun. Laissez-faire? Laissez-faire adalah gaya kepemimpinan yang cenderung pasif. Diem aja. Tidak mengambil tindakan. Para pemimpin yang seperti ini suka ragu-ragu, tidak inklusif, tidak suka terlibat dalam mengambil keputusan, serta menarik diri saat dibutuhkan oleh tim dan tidak mengambil sikap. Pemimpin tipe ini juga tidak akan berusaha untuk memberikan motivasi kepada bawahannya, memberi penghargaan, menghukum kesalahan karyawan atau mengembangkan bakat karyawan. Gaya kepemimpinan yang seperti itu dapat menciptakan frustasi dan stres bagi karyawan karena kurangnya arahan dan kejelasan di dalam lingkungan kerja. Sementara itu, dengan pemimpin Laissez-faire yang berada di pucuk pimpinan, intimidasi dan perilaku interpersonal destruktif lainnya, seperti mencuri proyek atau pekerjaan orang lain, tidak akan diperbaiki. Yang ada membuat lingkungan kerja semakin beracun.
- Pemimpin yang narsistik, narsis. Kepedean. Segala hal baik yang terjadi di kantor karena dia seorang. Pokoknya dirinya yang paling top dah, gak pernah salah. Gaya kepemimpinan seperti ini kemungkinan besar juga berkontribusi pada lingkungan kerja yang toxic. Seorang pemimpin yang narsistik akan lebih cenderung untuk memanipulasi serta mengendalikan (atau percaya bahwa mereka dapat memanipulasi atau mengendalikan) orang lain, berusaha menjadi yang paling favorit, berupaya untuk mengambil semua pujian, menciptakan drama di kantor hanya untuk mendapatkan dan menimbun perhatian, membual tentang diri mereka sendiri, tidak peka terhadap kritik, marah ketika diberi kritik, kurang empati serta tetap tidak mau berubah. Anda mungkin sudah bisa melihat mengapa pemimpin yang narsistik bisa menjadi masalah besar bagi perusahaan dan orang-orangnya. Namun, seorang pemimpin yang narsistik terkadang sulit dikenali saat Anda pertama kali bertemu dengan mereka. Hal itu dikarenakan sifatnya yang ramah serta kharismatik (untuk memenuhi rasa percaya dirinya), yang membuat mereka tampak seperti seorang pemimpin.
- Tidak memiliki Empati juga merupakan tanda seorang pemimpin yang toxic. Mereka tidak akan peduli dengan apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Pemimpin yang seperti ini hanya tertarik pada kesuksesan dan keuntungan pribadi daripada pertumbuhan jangka panjang lingkungannya. Dalam prosesnya, pemimpin yang seperti ini akan menyalahgunakan jabatan, hubungan, dan sistem organisasi demi meraih keuntungan diri sendiri. Mereka juga akan mencari peluang dan menghalalkan segala cara untuk dapat tampil lebih baik di mata orang lain. Sebagai contoh, mereka cenderung lebih suka mendelegasikan tugas kepada bawahannya secara sembarangan. Tugas-tugas ini biasanya merupakan pekerjaan yang tidak ingin mereka lakukan. Tapi pada akhirnya merekalah yang mengambil kredit ketika tugas-tugas tersebut telah diselesaikan.
- Kemampuan delegasi merupakan salah satu ciri dari pemimpin yang baik, tapi juga bisa menjadi toxic jika caranya salah. Mendelegasikan tugas atas dasar ketidakpercayaan adalah satu lagi ciri pemimpin yang toxic. Ketika seorang atasan tidak mempercayai bawahannya untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan, ia akan cenderung me-micromanage.
- Nah, Micromanagement adalah gaya seorang pemimpin mengawasi, mengarahkan, dan mengendalikan pekerjanya secara berlebihan. Istilah awamnya, bos yang control-freak atau “tukang ngatur.” Micromanaging dapat menyebabkan ketegangan dan stres di tempat kerja, karena karyawan terus-menerus merasa diteror dan tidak dipercaya oleh atasannya. Karyawan pun tidak diberikan kesempatan untuk berinisiatif, berpendapat, dan menunjukkan potensinya sehingga sulit berkembang. Akibat hal yang seperti ini, maka muncullah budaya kerja “asal bos senang saja”.
Seorang pemimpin akan mengepalai beragam individu dengan kepribadian, kemampuan, serta keinginan yang berbeda-beda pula. Itulah sebabnya pemimpin yang baik harus bisa luwes atau fleksibel dalam bertindak dan berkomunikasi demi kelancaran pekerjaan serta memfasilitasi kebutuhan banyak orang.
Kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas ini bukanlah ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang toxic. Pemimpin yang toxic justru mengharuskan semua orang yang ada di sekitarnya untuk berpikir dan bertindak seperti dia. Dia juga sangat tidak fleksibel dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan sekecil apapun yang terjadi di tempat kerja.
Seperti racun di dalam dunia yang nyata, semakin lama terpapar dengan pemimpin yang beracun, maka semakin berbahaya pula perilakunya bagi Anda dan rekan kerja Anda di kantor. Lebih buruk lagi, perilaku kepemimpinan yang beracun ini akan menyakiti mereka yang paling mencintai pekerjaan mereka. Sebuah studi menemukan bahwa ketika bekerja di bawah pemimpin yang beracun, semakin sering seorang karyawan akan memikirkan pekerjaannya tanpa kenal waktu sehingga semakin kuat dampak negatif dari pemimpin tersebut kepada kinerja seorang karyawan.
Oleh karena itu, jika Anda mendapati diri Anda saat ini bekerja di bawah seorang pemimpin yang beracun, maka ‘larilah’ secepat mungkin. Pemimpin tersebut tidak hanya dapat merusak karir Anda, tetapi juga dapat merusak kesehatan mental serta fisik Anda dalam jangka yang panjang.
Jika Anda dipimpin oleh seorang pemimpin yang toxic, cobalah untuk berkomunikasi secara jelas dengan mereka tentang apa yang dapat Anda terima dan apa yang tidak. Jika bisa, bantu mereka dalam menetapkan ekspetasi perilaku di sekitar kantor untuk dapat membantu mereka menjadi pemimpin yang lebih baik. Karena terkadang pada kenyataannya, beberapa pemimpin menjadi toxic karena mereka benar-benar tidak tahu bagaimana mengelola orang secara lebih baik.
Ciri-ciri Pemimpin Toxic. Sumber: fisher.osu.edu