Teori Kepemimpinan

Teori Kepemimpinan

Teori Kepemimpinan. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan seseorang berhasil dalam menjalankan fungsi kepemimpinan? Pertanyaan tersebut sudah diajukan oleh para ahli manajemen sejak masa Thomas Carlyle yang hidup pada abad ke-19 sebagaimana seperti yang tercantum dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History (wikipedia.org). Dalam buku tersebut Carlyle menganalisis pengaruh orang-orang besar dalam sejarah seperti Nabi Muhammad SAW, Shakespeare, Luther, Rosseau dan Napoleon terhadap masyarakat pada jamannya. Sejak saat itu berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan berbagai faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan.

Kreitner (2007) menyebutkan adanya 4 teori kepemimpinan yang ada sejak tahun 1950-an hingga kini. Keempat teori kepemimpinan tersebut adalah: Trait Theory, Behaviour Styles Theory, Situational Theory, dan Transformational Theory.
Selain 4 teori kepemimpinan tersebut masih terdapat 4 teori kepemimpinan yang secara luas dikenal dalam kepustakaan manajemen yakni: Great Man Theory, Participative leadership Theory, Contingency Theory, & Transactional Leadership Theory. Participative Leadership Theory & Contingency Theory masing-masing dapat digabung ke teori kepemimpinan Behavioral Styles Theory dan Situational Theory.

Teori kepemimpinan 1: Great Man Theory
Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma, kecerdasan, kebijaksanaan dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan persuasi yang luar biasa.

Teori ini sebagian besar bersandar pada pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle di abad 19 yang pernah menyatakan bahwa sejarah dunia tak lain adalah sejarah hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa diciptakan.

Teori kepemimpinan 2: Trait Theory
Teori ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory yang mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born and not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari.

Riset mereka menunjukkan bahwa ada karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehubungan dengan kepemimpinan efektif, yaitu: Kecerdasan, Pengetahuan & keahlian, Dominasi, Percaya diri, energi yang tinggi, Toleran terhadap stress, Integritas & kejujuran, Kematangan.

Teori kepemimpinan 3: Behavioral Styles Theory
Selama perang dunia II studi mengenai kepemimpinan mengalami perubahan arah yang signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku pemimpin yang disebut dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus beralih dari “siapa pemimpin itu” menjadi “bagaimana seorang pemimpin berperilaku atau menjalankan gaya kepemimpinan”

Berbagai penelitian awal menyimpulkan adanya tiga gaya kepemimpinan yaitu:
– gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership style)
– gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)
– gaya kepemimpinan laissez-faire (laissez-faire leadership style)
Berikut perbedaan ketiga gaya kepemimpinan tersebut:

Tabel perbandingan gaya kepemimpinan

Tabel perbandingan gaya kepemimpinan

Peneliti lain yang termasuk dalam kelompok behavioral styles theory adalah Robert R Blake & jane S Mouton yang mengembangkan model Managerial Grid. Ia menggunakan sumbu concern for production (horizolatal, mencakup: keinginan untuk menghasilkan output produksi yang lebih besar, efisiensi biaya dan laba) dan concern for people (vertikal, mencakup: peningkatan persahabatan, membantu rekan kerja, memperhatikan kondisi karyawan seperti gaji dan kondisi kerja). Blake & Mouton mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang mempunyai aktivitas dengan memberikan perhatian yang besar baik terhadap produksi dan manusia berkorelasi positif dengan kinerja organisasi yang baik, kesehatan fisik & mental yang baik serta mengelola konflik secara efektif.

Teori kepemimpinan 4: Situational Theory
Para peneliti yang menganut aliran teori ini mengatakan bahwa efektivitas gaya kepemimpinan sangat tergantung kepada situasi yang melingkupinya. Oleh karena itu, mereka mempunyai asumsi bahwa kepemimpinan yang berhasil akan terjadi apabila gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan situasi.

Salah satu peneliti yang mendukung teori kepemimpinan ini adalah Fred E Fiedler dengan teori Kontingensinya:
Kinerja seorang pemimpin bergantung kepada dua faktor yang saling terhubung yaitu:
1. Situasi, sejauh mana situasi yang ada memberikan kendali & pengaruh agar pekerjaan dapat diselesaikan
2. Motivasi, apa motivasi dasar dari pemimpin. Apakah self esteem-nya tergantung dari penyelesaian tugas (task motivated) atau hubungan (relationship motivated).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemimpin yang task motivated cenderung berhasil pada situasi yang ekstrem. Sedangkan relationship motivated cenderung berhasil pada situasi yang moderat.

Teori kepemimpinan 5: Transactional Leadership Theory
Menurut teori ini, karyawan akan termotivasi oleh imbalan maupun hukuman. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan efektif apabila ia mampu mengembangkan struktur kerja yang jelas sehingga para manajer akan dapat merumuskan dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dan dibutuhkan oleh para bawahannya serta memberi imbalan sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Demikian pula sebaliknya, dalam teori kepemimpinan ini, sang manajer dapat memberikan hukuman bila karyawan tidak berhasil memenuhi standar kinerja yang diberikan kepadanya.

Teori kepemimpinan 6: Transformational Leadership Theory
Teori ini didasari oleh hasil penelitian mengenai perilaku kepemimpinan di mana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi (transformational leader) mampu memberikan inspirasi kepada yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah direncanakan organisasi. Ia juga seorang pemimpin yang visioner yang mengajak orang lain bergerak untuk mengikuti visinya. Mereka mengandalkan karisma dan kewibawaan (refferent power) dalam menjalankan kepemimpinannya.

sumber: Pengantar Manajemen
pic: babaproject.com

Older Post
  1. jika ada artikel tentanng kepemimpinan, saya harap bisa send ke alamat email saya tanks sebelumnya

    Reply
  2. Sangat membantu terimakasi gan…

    Reply
  3. Terima kasih atas Shared artikelnya sangat membuka wawasan sekali

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published.