Masih Ada Waktu

Masih Ada Waktu

Masih ada waktu.
Tik tak tik tak. jam dinding di kamar saya berdetak.

Dalam situs resminya CIA (CIA? CIA yang mana? Ya CIA yang ituuuu…yg suka di film-film) bilang bahwa usia rata-rata laki-laki Indonesia 69,85 tahun. Sementara usia wanita Indonesia rata-rata 75,17 tahun. Dengan berpegangan pada usia tersebut berarti silahkan Anda mengkalkulasi apakah hidup yang masih akan Anda jalani ke depan statusnya ‘masih’ atau ‘tinggal’.

Dan tidak terasa sekarang sudah hampir 1 bulan sejak terompet tahun baru dibunyikan. Sudah hampir sebulan pula mimpi-mimpi dan harapan dirajut di tahun baru – bagi yang melakukannya tentu saja – dengan tekad yang bisa jadi seperti kembang api yang terang sebentar, kemudian hilang ditelan gelapnya malam. Sementara yang lain sepertinya pasrah saja karena setiap tahun direncanakan, setiap tahun menuai kegagalan dalam menjalankan resolusi tahun baru.

Sudah hampir sebulan pula kehidupan kembali normal. Sudah hilang kegembiraan berdesak-desakan menonton pergantian tahun, berganti menjadi berdesak-desakan di dalam angkutan umum, polusi kendaraan dan kemacetan. Jika hidup seperti ini terus, maka dipastikan tidak berapa lama lagi, ketika uban sudah tampak di kepala, mulailah terasa betapa banyaknya waktu yang telah terbuang percuma. Marilah sama-sama mengingat bahwa menjadi tua bukan prestasi. Semua orang bisa melakukannya. Sambil tidur-tiduran, ketawa-ketiwi atau serius sepanjang hari. Saya jadi ingat pelajaran Bahasa Indonesia saat membahas sajak pujangga tahun-tahun kemerdekaan waktu di SMP dulu:
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Usiaku sudah tinggi

Beberapa waktu lalu saat saya menjadi coach untuk program pelatihan manajer menengah. Seorang peserta sempat bercerita panjang lebar kepada saya mengenai pekerjaannya yang tidak selesai-selesai, tuntutan tinggi, dan segala macam lainnya. Sambil meneruskan berjalan beliau saya tanya,”Menurut Bapak, dalam lima tahun kedepan, jika kondisinya seperti ini terus, apa yang bapak lihat pada diri Bapak? Apakah ada perubahan?”
Tiba-tiba langkahnya melambat. Dengan suara berat dia menjawab,”Tidak ada pak Iwan.”
Suasana menjadi hening. Senyap. Hanya suara angin yang berdesir di telinga yang terdengar.
Saya tahu Bapak ini sedang berpikir.
Keras.

Masih ada waktu
Untuk ke tiga kalinya saya nonton Grown Ups di salah satu situs penyedia film online di internet. Jadi ceritanya ini ada sekelompok anak-anak yang pada waktu kecil menjadi satu tim basket. Ketika dewasa mereka berkumpul lagi saat mendengar kabar pelatihnya meninggal dunia. Yang saya suka dari film ini ada di menit-menit awal film ketika mereka bertanding memperebutkan juara terbaik se-kota tahun 1978. Saat itu mereka menghadapi situasi yang sulit karena waktu tinggal beberapa detik sementara mereka tertinggal 1 poin. Saat bola dilempar ke jaring lawan waktunya tinggal 1 detik… teeeet….pertanda waktu habis dan… masuk! Mereka menang!
Ketika malamnya diadakan acara untuk merayakan kemenangan, pelatih mereka berkata,
“Kalian bermain seperti yang saya harapkan.
Kalian fokus pada pertandingan.
Dan saat bel tanda usai pertandingan berbunyi teeeeeeeet…
kalian menjadi juara.
Aku ingin kalian berjanji,
Aku ingin kalian hidup seperti saat kalian bermain tadi.
Sehingga bila bel akhir kehidupan berbunyi teeeeeeet…
kalian tak punya penyesalan.”

Tik tak tik tak. jam dinding di kamar saya masih terus berdetak. Entah sudah berapa lama sejak ia di buat dan entah berapa lama lagi sisanya. Sama seperti yang pernah disampaikan Ebiet beberapa windu lalu
Sampai kapankah gerangan
waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng
semuanya terdiam
semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah
Segera bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu…

AYO SEMANGAT! Masih ada waktu.

gambar: quotesgram
Oleh: Iwan Pramana.

Leave a Reply

Your email address will not be published.