Siapa yang tahu?

Siapa yang tahu?

Ada seorang raja yang begitu senang berburu. Suatu ketika, saat berburu jarinya terluka. Tabib tuanya merawat jari raja itu. Raja, karena gelisah bertanya,”Apakah jariku bakal baik atau buruk?”
Tabib itu menjawab, Baik? Buruk? Siapa yang tahu?

Beberapa hari kemudian jari itu infeksi hingga bengkak. Raja menemui tabibnya dengan panik, “Apa yang terjadi? Apa lukaku akan baik-baik saja?”
Tabib itu menjawab, Baik? Buruk? Siapa yang tahu?
Jelas ucapan tabibnya tidak membuat raja terkesan sama sekali. Namun ia hanya bisa mempercayai tabibnya. Beberapa hari kemudia luka itu sudah begitu parahnya hingga tabib harus memotong jarinya. Amputasi!
“Baik? Buruk? Ini buruk!!!” Raja murka dan menjebloskan tabibnya ke penjara karena tidak bisa menyelamatkan jarinya. Raja berseru kepada tabib, “Sekarang bagaimana rasamu, ha?” Tabib konsisten, Baik? Buruk? Siapa yang tahu?
Raja mendengus, “Dasar sinting!”

Setelah luka di jarinya sembuh, raja kembali berburu. Kali ini ia mengejar buruannya makin ke pelosok rimba, terpisah dari rombongannya dan ia ditangkap oleh suku penghuni rimba. Mereka menangkapnya untuk dikorbankan kepada dewa-dewa mereka. Bukan alang kepalang takutnya raja kita ini. Akan tetapi, tepat ketika raja nyaris dikorbankan, mereka melihat jari tangannya kurang satu! Suku rimba itu berkata,”Kami tidak bisa korbankan kamu. Kamu tidak sempurna!” Mereka pun melepaskannya.

Ketika raja berhasil pulang, ia berpikir, “Wow! betapa beruntungnya aku! Jika semua jariku lengkap, aku pasti sudah mati!” Lalu ia menemui tabib di penjara dan berkata,”Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tapi siapa tahu apakah ini baik atau buruk? Dan ini baik bagiku! Terimakasih banyak! Aku bebaskan kamu dari penjara!”

Raja melanjutkan,”Aku menyesal telah berbuat buruk memenjara kamu.” Tabib menyeletuk, Apa maksud raja memenjarakan hamba adalah buruk? Justru bagus hamba masuk penjara! Karena jika hamba tidak dipenjara, hamba pasti akan bersama raja saat berburu! Suku rimba juga akan menangkap hamba, dan karena jari hamba lengkap, hambalah yang akan dikorbankan!”

Makna kisah ini adalah.. baik atau buruk, siapa sih yang tahu? Jika suami Anda meninggalkan Anda karena perempuan lain… Baik? Buruk? Siapa tahu? Ini betulan. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Anda kehilangan rumah. Baik? Buruk? Siapa yang tahu?

Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun, terhadap segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, ramah, menerimanya. Kita tidak menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab.. Baik? Buruk? Siapa yang tahu.

Sumber: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Penulis: Ajahn Brahm
Penerbit: Awareness Publication, cetakan 1, 2016
gambar: boloji.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.